7. Memperkenalkan Konsekuensi
Anak perlu diperkenalkan pada konsekuensi sejak dini. Bahwa pada setiap pembelian atau pengeluaran uang, pasti ada konsekuensinya. Paling tidak, dengan mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sesuatu, maka dia belum tentu bisa membeli barang lain dengan sisa uangnya.
Hal tersebut sebenarnya sudah dimulai ketika Anda memperkenalkan harga-harga barang dengan jumlah uang yang dimilikinya. Katakan padanya, “Kalau kamu mau beli boneka ini, maka kamu tidak bisa membeli tas baru. Karena uang kamu tidak cukup. Coba lihat nih harganya.”
Ajak anak untuk bersimulasi dengan harga dan nilai uang. Ini akan menjadi permainan yang menyenangkan bagi anak. Dia akan terus bertanya soal harga-harga dan uang yang dimilikinya.
8. Selalu Memberi Alasan
Jangan pernah melarang atau menolak permintaan anak tanpa alasan. Hal ini akan membuat anak tidak pernah memahami maksud Anda. Bila si kecil merengek minta dibelikan sesuatu padahal permintaan tersebut tidak dalam budget Anda, maka terangkanlah.
Pada saat dia merengek minta dibelikan, tersenyumlah, lalu tunjukkan harga yang tertera di situ. “Lihat nih, harganya mahal sekali. Ibu sekarang sedang tidak punya uang untuk membelikan kamu mainan ini. Gimana kalau kita nabung dulu sama-sama? Pasti seru, deh.”
Belum tentu anak bisa mengerti apa yang Anda katakan. Tapi jika hal tersebut berulang, dan Anda rajin memberikan alasan yang masuk akal baginya, maka adegan merengek di mal akan makin jarang terulang.
9. Diajak Berpikir ke Depan
Jangan mengira anak tidak bisa diajak untuk berpikir ke depan. Jika sejak awal anak sudah dididik untuk melihat persoalan secara komprehensif, maka dia akan menjadi anak yang mudah mengerti. Termasuk melihat masa depan.
Anda bisa memulainya dengan mengajaknya melihat rencana Anda terhadapnya. Misal soal sekolah. Bahwa sekolahnya sekarang itu perlu biaya. Dan untuk bisa mendapatkan biaya tersebut, kedua orangtua perlu bekerja untuk mendapatkan uang, serta bisa menabung. Sekolah itu tidak berhenti minggu depan, tapi sampai dia besar.
Untuk itu, “Kita semua perlu menyiapkan uang agar kamu bisa sekolah terus. Ibu dan ayah menabung, kamu juga menabung.” Dengan demikian, anak mengerti dan merasa terlibat dalam proses menabung dan berhemat, demi masa depannya.
Bila soal sekolah “belum mempan”, maka Anda bisa menggunakan jurus lain yaitu melihat masa depan yang cukup dekat. Misalnya, rencana untuk membeli sepeda atau barang mahal lainnya. Prinsipnya adalah anak diajarkan mengerti bahwa dalam hidup ini tidak ada yang instan. Dan dalam membeli ada proses menghemat dan menabung.
10. Membuat Daftar Kebutuhan
Bila anak Anda sudah bisa menulis, ajak dia untuk menuliskan kebutuhannya. Tidak hanya kebutuhan makan di sekolah, juga kebutuhan lainnya. Ajak anak mendiskusikan setiap poin yang dia tulis. Sekaligus, mintalah dia untuk mencari harga dari setiap barang atau kebutuhan yang dia tuliskan.
Perkenalkan padanya, apa yang disebut dengan kebutuhan dan keinginan. Bahwa tidak semua makanan, walau kebutuhan pokok, adalah kebutuhan. Sarapan, bekal ke sekolah, makan siang, dan makan malam adalah kebutuhan pokok. Tapi makan siang di sebuah restoran cepat saji adalah keinginan. Atau yang lebih jelas lagi, makan siang adalah kebutuhan dan mainan adalah keinginan.
Belajar membedakan dua hal tersebut akan membuat anak cepat paham dan mengerti ketika dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.