Manusia adalah makhluk yang unik. Beragam sifat dan kebiasaannya bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Seperti generasi milenial yang pastinya sudah begitu akrab di telinga setiap orang.
Bukan karena gaya hidup mereka yang lekat dengan modernitas saja, istilah tersebut sebenarnya lebih menggambarkan pengelompokan manusia berdasarkan tahun kelahiran. Dilansir melalui CekAja, Minggu (24/2/2019), tiap generasi memiliki karakteristik tersendiri.
Hal ini umumnya dipengaruhi oleh lingkungan yang dihadapi semasa hidup mereka. Tak ayal, setiap generasi akhirnya memiliki perbedaan tabiat yang turut menghadirkan pola adaptasi dan pendekatan yang juga berbeda. Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, setidaknya ada 6 kelompok generasi manusia berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall.
Berikut adalah berbagai kelompok generasi mulai dari tradisionalis sampai generasi Alpha. termasuk yang manakah kamu?
1. Tradisionalis (1922-1945)
Mereka yang tergolong generasi tradisionalis, terlahir pada zaman The Great Depression.
Akibat krisis ekonomi global tadi, nenek moyang kita pun harus merasakan hidup dengan kondisi serba kekurangan. Selain itu, generasi tradisionalis juga merupakan saksi dari berbagai kejadian terbesar di muka bumi. Misalnya ketika awal terjadi Perang Dunia II.
Sebagian besar veteran ini berjiwa patriotisme tinggi, lantaran terbiasa dengan masa penjajahan dan perang. Berbekal pengalaman tersebut, mereka punya kemampuan memimpin yang tak diragukan lagi di dunia kerja.
Ada sekitar 50 juta Silent Generation yang masih hidup sampai sekarang, dengan rata-rata usia yang sudah mencapai 80 tahun.
2. Baby Boomers (1946-1964)
Lalu yang kedua ada generasi baby boomers. Kebanyakan dari orangtua kita mungkin termasuk dalam kelompok ini. Di rentang waktu tersebut, orang-orang sudah mengalami pertumbuhan kelahiran secara pesat setelah berangsur pulih dari kesulitan-kesulitan masa perang.
Para baby boomers hidupnya cenderung berorientasi pada pencapaian dalam karier secara konsisten. Hal ini dilakukan tak lain untuk kesejahteraan anak cucu mereka kelak. Kendati dulunya jauh dari era digital, generasi baby boomer rata-rata lebih mengandalkan sesuatu dengan cara konvensional.
Namun tak sedikit juga dari mereka yang kini mulai akrab mengunakan gadget.
3. Generasi X (1965-1980)
Kata X pada generasi ini dipopulerkan novel yang berjudul Generation X: Tales for an Accelerated Culture yang ditulis Douglas Coupland. Melihat pola asuh kedua orang tuanya yang banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, generasi X pun mengikuti jejak tersebut.
Akan tetapi, kehidupan antara pekerjaan, pribadi, dan keluarga mereka jauh lebih seimbang. Generasi ini juga sudah mulai mengenal yang namanya komputer dan video game dengan versi sederhana.
Di Indonesia, generasi X dibesarkan dalam situasi serta event politis yang cukup panas dan bergejolak di era pemerintahan Orde Baru. Secara internasional, mereka juga menyaksikan cukup banyak konflik atau kejadian politik global seperti Perang Vietnam, jatuhnya Tembok Berlin, serta berakhirnya Perang Dingin.
4. Milenial (1981-1994)
Work life balance, itulah motto sebagian besar generasi milenial. Tidak melulu mengejar harta, tapi milenial lebih mengejar solidaritas, kebahagiaan bersama, dan eksistensi diri agar dihargai secara sosial.
Selain mengalami transisi dari segala hal yang bersifat analog ke digital, milenial atau generasi Y juga ini tumbuh seiring dengan semakin matangnya nilai-nilai persamaan dan hak asasi manusia, sehingga mempengaruhi pembawaan mereka yang bisa dinilai lebih demokratis.
Meski hidupnya tampak selalu bersenang-senang, justru ini generasi yang digadang-gadang tengah memberi banyak pengaruh baik untuk masa depan bangsa. Para milenial lebih jeli dalam melihat suatu peluang, terutama bisnis dengan konsep yang lebih inovatif. Contoh yang paling nyata adalah keberhasilan startup unicorn milik salah seorang milenial Indonesia, yakni Bukalapak.
5. Generasi Z (1995-2010)
Dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat di generasi Z, mereka seolah tak bisa lepas dari gadget dan aktivitas media sosial. 44 persen dari Gen Z memeriksa media sosial setidaknya setiap jam sekali. Alhasil, mereka lebih cepat memperoleh informasi dari pada generasi-generasi sebelumnya.
Meski suka dengan hal yang bersifat instan, generasi ini tetap memilik kelebihan tak jauh berbeda hampir seperti ‘kakak-kakaknya’ terdahulu. Teknologi bagi mereka dapat melakukan apa saja termasuk belajar dan bekerja, bukan sekadar bersenang-senang. Maka tak sedikit dari Gen Z yang kini menjadikan media sosial sebagai lahan mereka untuk mencari penghasilan.
Seperti membuka online shop atau menjadi influencer muda.
6. Alpha (>2010)
Sekitar 2,5 juta generasi alpha lahir di setiap minggu. Fakta ini membuat prediksi jumlahnya akan sangat membengkak dengan jumlah sekitar 2 miliar pada 2025. Seperti dua generasi sebelumnya, mereka yang lahir setelah tahun 2010 sudah familiar dengan teknologi bahkan sejak usia yang sangat belia.
Generasi alpha lebih tertarik bermain gadget dibandingkan permainan tradisional anak di era sebelumnya. Watak mereka dalam bekerja dan bagaimana kecenderungannya menghabiskan uang, sementara belum dapat diprediksi. Mengingat untuk saat ini, umur paling tua dari generasi alpha adalah Sembilan tahun.