Air hujan merupakan hasil dari penguapan air bumi yang ada di laut. Air laut sendiri terasa asin, tapi mengapa air hujan tidak asin.
Apabila Kamu ingat pelajaran IPA saat SMP atau SMA, tentu Anda sudah tahu bila sebagian besar air hujan itu berasal dari air laut. Sebagian lainnya dari danau dan sungai. Namun, apakah Anda tidak penasaran mengapa air hujan tetap tawar tidak asin?
Matahari setiap hari menyinari seluruh kawasan Bumi, termasuk lautan. Rata-rata kawasan laut seluas satu meter persegi mendapatkan energi matahari sebesar 1 kilowatt. Nah, energi ini mampu memanaskan dan menguapkan air laut. Uap air itu kemudian akan naik ke atas dan terkumpul hingga membentuk awan bakal hujan.
Sayangnya, energi matahari yang terbatas 1 kilowatt itu hanya mampu menguapkan air laut, tidak termasuk ion-ion di dalamnya. Seperti yang sudah Anda baca di artikel soal alasan mengapa air laut asin sebelumnya, ion klorida dan sodium-lah yang menyebabkan air laut asin.
Singkatnya, energi matahari hanya mampu mengangkat uap air ke atas, tidak termasuk garam yang terkandung di air laut tadi. Akibatnya awan hujan tetap berupa air murni yang rasanya tawar.
Berikut ini 8 Fakta menarik tentang air hujan.
-
 Air Hujan Kotor
Apabila Anda ingat pelajaran IPA saat SMP atau SMA, tentu Anda sudah tahu bila sebagian besar air hujan itu berasal dari air laut. Sebagian lainnya dari danau dan sungai. Namun, apakah Anda tidak penasaran mengapa air hujan tetap tawar tidak asin?
Matahari setiap hari menyinari seluruh kawasan Bumi, termasuk lautan. Rata-rata kawasan laut seluas satu meter persegi mendapatkan energi matahari sebesar 1 kilowatt. Nah, energi ini mampu memanaskan dan menguapkan air laut. Uap air itu kemudian akan naik ke atas dan terkumpul hingga membentuk awan bakal hujan.
Sayangnya, energi matahari yang terbatas 1 kilowatt itu hanya mampu menguapkan air laut, tidak termasuk ion-ion di dalamnya. Seperti yang sudah Anda baca di artikel soal alasan mengapa air laut asin sebelumnya, ion klorida dan sodium-lah yang menyebabkan air laut asin.
Singkatnya, energi matahari hanya mampu mengangkat uap air ke atas, tidak termasuk garam yang terkandung di air laut tadi. Akibatnya awan hujan tetap berupa air murni yang rasanya tawar.
2. Mengapa Air Laut Kotor
Bahkan, menurut studi berjudul “Health Risks Associated with Consumption of Untreated Water from Household Roof Catchment Systems” yang diterbitkan di “Journal of the American Water Resources Association” pada tahun 2007, air hujan bisa membawa bakteri, parasit, virus, dan bahan kimia lain yang bisa membuat kita sakit. Air hujan juga dikaitkan dengan wabah penyakit tertentu.
3. Bisa jadi, air hujan mengandung debu, kotoran, dan jelaga
Dengan minum air hujan langsung dari langit, kita berisiko jatuh sakit. Ini bergantung pada lokasi, seberapa sering hujan, dan bagaimana cara kita mengumpulkan dan menyimpan air hujan.
Menurut CDC, debu, asap, dan jelaga di udara bisa larut dalam air hujan. Bisa dibayangkan betapa kotornya?
Apabila kita menadah air hujan, mungkin ada bahan kimia berbahaya yang larut dalam air, seperti asbes, timbal, dan tembaga. Ini berasal dari atap, talang, pipa, hingga bak penyimpanan.
4. Ada kemungkinan air hujan mengandung bakteri dan protozoa!
Masih dari studi berjudul “Health Risks Associated with Consumption of Untreated Water from Household Roof Catchment Systems”, ternyata ada keterkaitan antara konsumsi air hujan yang terkontaminasi dengan risiko penyakit tertentu.
Penyakit yang dimaksud ialah diare akibat bakteri Salmonella dan Campylobacter, pneumonia bakterial akibat Legionella, diare karena protozoa Giardia dan Cryptosporidium, hingga botulisme akibat Clostridium.
Padahal, menadah air hujan sekarang dijadikan sumber air minum alternatif di berbagai negara. Air hujan ini perlu disterilisasi dulu sebelum dikonsumsi.
5. Merebus air hujan bisa membunuh kuman, tetapi tidak menghilangkan bahan kimia
Apa yang bisa dilakukan untuk mensterilkan air hujan? Menurut CDC, menambahkan yodium atau klorin ke air tidak melindungi dari bahan kimia dan beberapa parasit sangat toleran terhadap klorin, sehingga dirasa kurang efektif.
Bagaimana dengan merebus? Merebus air bisa membunuh kuman, tetapi tidak menghilangkan bahan kimia. CDC menyarankan untuk memakai first flush diverter atau pengalih aliran pertama yang fungsinya untuk menghilangkan air pertama yang keluar dari sistem dan bisa menghindari beberapa kontaminan.
Untuk mencegah nyamuk bertelur di tempat penyimpanan air hujan, disarankan untuk menambahkan sekat ke saluran masuk air atau mengosongkan tempat penyimpanan setiap beberapa hari sekali.
6. Air hujan harus disaring sebelum diminum
Di sisi lain, menurut Rainwater Tanks Direct, walau tidak terlihat kotor, air hujan kemungkinan mengandung bakteri, debu, dan serangga! Sehingga, sangat direkomendasikan untuk menyaring air hujan sebelum meminumnya.
Tetapi, air hujan dianggap lebih bersih dari air pasokan umum, seperti sumber air tanah atau sumur dan air permukaan sumber seperti danau atau sungai. Air hujan mempunyai tingkat polusi, jamur, serbuk sari, dan kontaminan lain yang lebih rendah.
7. Biarkan air hujan yang ditampung mengendap selama beberapa saat
Ada beberapa pertimbangan untuk memastikan keamanan air hujan yang akan diminum. Misalnya, hindari minum air hujan di dekat situs radioaktif seperti Chernobyl atau Fukushima. Begitu pula dengan air hujan yang lokasinya tak jauh dari pabrik kimia.
Selain itu, jangan minum air hujan yang mengalir dari atap atau tanaman karena berpotensi mengandung bahan kimia beracun dan partikel kotor dari permukaannya. Dan jangan lupa untuk mengendapkan air hujan selama beberapa saat agar partikel berat dan materi kotor bisa tenggelam ke dasar terlebih dahulu, saran dari Rainwater Tanks Direct.
8. Untuk menurunkan risiko sakit, gunakan air hujan untuk menyiram tanaman atau mencuci barang saja
Disarankan menggunakan air hujan untuk menyiram tanaman atau mencuci barang saja untuk menurunkan risiko sakit, apalagi bagi seseorang yang punya sistem imun lemah. Hindari penggunaan air hujan untuk minum, memasak, dan menggosok gigi.
Air hujan bisa digunakan untuk mandi asalkan disaring dahulu dan jangan sampai air masuk ke mulut atau hidung, CDC menegaskan. Khusus untuk keperluan konsumsi, lebih baik gunakan air keran PDAM atau air kemasan.