Seiring berjalannya waktu, generasi Gen Z mulai mengambil peran penting sebagai orang tua. Dengan karakteristik unik yang mereka miliki—terdidik, kritis, dan peka terhadap isu sosial—mereka mengadopsi pendekatan pola asuh yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Pola asuh yang diterapkan oleh Gen Z mencerminkan kesadaran akan kesehatan mental, keterbukaan terhadap informasi, serta pentingnya kesetaraan gender dalam pengasuhan. Mereka tidak hanya fokus pada mendisiplinkan anak, tetapi juga mendengarkan kebutuhan dan aspirasi mereka.
Dalam konteks ini, mari kita eksplorasi lebih dalam tentang bagaimana Gen Z membentuk cara mereka dalam membesarkan anak dan pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari mereka.
Pola Asuh yang Diterapkan Gen Z sebagai Orang Tua
Setiap generasi memiliki karakter dan gaya pengasuhan yang unik, dan Gen Z dikenal sebagai generasi yang terdidik, kritis, serta sensitif terhadap isu-isu sosial. Meskipun gaya pengasuhan mereka memiliki kelebihan dan kekurangan, mari kita fokus pada hal-hal positif yang bisa diadopsi dalam pola asuh kita saat ini.
1. Kepedulian Terhadap Kesehatan Mental
Gen Z menunjukkan perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan mental, menyadari bahwa kesejahteraan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mereka mengintegrasikan kesadaran ini dalam pengasuhan, memahami ketidaksempurnaan mereka sebagai orangtua, dan berupaya menjaga keseimbangan mental.
2. Selektivitas dalam Memilih Informasi
Sebagai generasi digital natives, Gen Z sangat teliti dalam memilih sumber informasi. Mereka lebih cenderung mengandalkan informasi dari media digital dan sosial daripada nasihat yang tidak terverifikasi dari orang lain.
3. Rasionalitas di Atas Mitos
Gen Z cenderung mempertanyakan mitos-mitos pengasuhan yang tidak berbasis bukti. Mereka tidak segan untuk tidak mengikuti nasihat yang dianggap tidak rasional, bukan karena sikap pembangkangan, tetapi karena logika dan bukti yang mendasarinya.
4. Pendekatan Demokratis
Orang tua Gen Z tidak lagi menggunakan metode disiplin yang keras. Mereka memilih pendekatan yang lebih demokratis, mendengarkan kebutuhan dan keinginan anak, serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk membuat pilihan.
5. Mengintegrasikan Peran Orangtua dan Eksistensi Diri
Orang tua Gen Z menyadari bahwa membesarkan anak adalah tanggung jawab besar, tetapi mereka juga berusaha mempertahankan identitas pribadi. Mereka memilih untuk mengintegrasikan anak dalam aspek kehidupan mereka, termasuk karier dan hobi.
6. Fokus pada Keluarga
Meskipun sering mendapat stigma kekanak-kanakan, Gen Z lebih memilih untuk tidak terpengaruh oleh komentar orang lain. Mereka fokus pada tugas membesarkan anak dengan mengikuti naluri mereka sendiri.
7. Kesadaran Gender yang Lebih Baik
Gen Z berupaya melawan budaya patriarki, memahami bahwa pengasuhan adalah tanggung jawab bersama antara kedua orang tua. Mereka menolak anggapan bahwa tugas rumah tangga dan pengasuhan hanya beban salah satu pihak.
Setelah membaca ini, kita seharusnya menyadari bahwa tidak ada generasi yang sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan dan cara pengasuhan yang unik. Generasi Boomers dikenal disiplin, Milenials cenderung menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan Gen Z memiliki pendekatan yang segar dan relevan untuk pengasuhan. (*)