7 Suku di Sulawesi Selatan dan Sejarahnya

Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan suku.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suku adalah golongan orang-orang dalam keluarga yang seturunan atau golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar.

Suku juga berarti golongan orang sebagian dari kaum yang seketurunan atau klasifikasi dalam biologi sesudah bangsa dan sebelum marga.

Sementara pengertian suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa.

Terdapat sedikitnya 7 suku bangsa yang mendiami daerah Sulawesi Selatan ini. Berikut daftar lengkap suku-suku di sulawesi selatan:

1. Suku Bugis

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.  Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading.

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio.

Suku Bugis jadi kelompok etnis terbanyak di pulau Sulawesi. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, sebanyak 6.359.000 orang Bugis tersebar di seluruh Indonesia.

2. Suku Makassar

Suku Makassar adalah nama sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi.  Mangkasara’ berarti “Mereka yang Bersifat Terbuka.” Etnis Makassar dikelan berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut.

- Iklan -
Baca Juga:  Sejarah, Ciri-ciri, Fungsi dan Keunikan Rumah Limas, Rumah Khas Jambi

Tak heran pada tahun 1511 yang dirintis oleh Daeng Matanre Karaeng Tumapakrisik Kallongna hingga abad hingga Perjanjian Bungaya pada tahun 1667, dengan simbol kerajaan Gowa Tallo mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, sebagian Timor Leste dan Australia bagian utara.

Suku Makassar banyak tersebar di wilayah Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng dan Kepulauan Selayar.

3. Suku Toraja

Dalam buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja (2017) oleh Weni Rahayu, dijelaskan bahwa ada beberapa versi dari asal-usul nama Toraja. Orang Bugis-Sidenreng menyebutnya orang Toraja dengan nama ‘to riajang’ yang artinya ‘orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan’.

Sementara orang Luwu pada zaman Belanda menyebut orang Toraja dengan ‘to riaja’ yang berarti ‘orang yang berdiam di sebelah barat’. Ada pula versi lain yang menyebut bahwa orang Toraja berasal dari ‘toraya’, yang bermakna orang besar atau bangsawan.

Dari mitos yang beredar di masyarakat, Toraja adalah sebuah negeri otonom bernama ‘Tondok Lepongan Bulan’ atau ‘Tana Matarik Allo’. Para bangsawan menyebutkan Toraja berasal dari kata tau raja yang berarti orang raja atau keturunan raja.

Dalam mitos tersebut, para bangsawan Toraja (tana’ bulaan) beranggapan bahwa mereka nenek moyang mereka adalah keturunan Puang Matua (dewa tertinggi/Tuhan) yang kemudian diangkat menjadi raja di Tondok Lepongan Bulan atau Tana Matarik Allo.

4. Suku Massenrempulu

Di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, bermukim tiga suku: Enrekang, Duri, dan Maiwa. Ke-3 suku itu membentuk kesatuan yang disebut suku Massenrempulu. Massenrempulu, secara bahasa Enrekang, berarti melekat seperti beras ketan. Kata yang digunakan untuk menunjukkan kesatuan dari ke-3 suku tersebut.

Baca Juga:  Mengenal Axolotl Salah Satu Hewan Unik Di Dunia

Dikutif dari wipedia, balam bahasa Bugis, Massenrempulu disebut Massinringbulu, yang berarti jajaran gunung-gunung. Suku Massenrempulu memang tinggal di daerah yang terdiri dari jajaran gunung-gunung. Gunung yang paling terkenal dan sering dikunjungi para pendaki adalah gunung Latimojong.

Di daerah pegunungan banyak berdiri desa-desa suku Duri; suku Maiwa banyak bermukim di desa-desa yang berbatasan dengan Kabupaten Sidrap, dan suku Enrekang banyak bermukim di kota Enrekang. Selain berbeda wilayah mayoritas, bahasa suku Enrekang, Duri, dan Maiwa juga berbeda dialeknya, namun tetap akan bertemu dalam pengertian dan pengartian yang sama.

5. Suku Konjo Pegunungan

suku Konjo adalah Kelompok etnis yang mendiami wilayah pegunungan di kecamatan Tinggi Moncong di Kabupaten Gowa dan Sinjai.

Masyarakat suku Konjo pegunungan banyak bermukim di Malino dan Kalimporo/Jannaya. mereka masih terikat dengan Tana Toa lama dan desa-desa Konjo suku konjo.

6. Suku Konjo Pesisir/Kajang

Kajang adalah nama perkampungan tradisional khas suku Konjo. Di daerah ini terdapat hutan lindung yang memasuki tempat sakral ini, para pelancong atau pendatang yang hendak masuk ke wilayah ini harus memakai pakaian serba hitam.

7. Suku Bentong

Suku Bentong adalah sebuah suku yang berdiam di wilayah desa Bulo-Bulo, kecamatan Pujananting, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

Nama suku Bentong diperoleh karena suku ini menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Barru sebagai komunitas Bugis, yaitu menggunakan perpaduan dari beberapa bahasa daerah yang ada di Sulawesi selatan yaitu Makassar, Konjo, Bugis dan Mandar. Bentong sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan “cadel”.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU