7 Tips Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Penelitian menunjukkan anak usia dini adalah masa windows of opportunity.

Oleh: Zulia Ilmawati, S. Psi (Psikolog dan Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga)

Pada masa ini, otak anak bagaikan spons yang dapat menyerap cairan. Agar dapat menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan orang tua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya.

Jika sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara, kemampuan verbalnya pun akan terstimulasi dengan baik.

Hasil penelitian tentang perkembangan intelektual anak menunjukkan bahwa pada usia 4 tahun anak sudah mencapai separuh dari kemampuan intelektualnya, dan pada umur 8 tahun akan mencapai 80%. Setelah umur 8 tahun, kemampuan intelektual nya hanya dapat diubah sebanyak 20%.

Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya, perkembangan intelektual anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13 tahun berikut. Karena itu, menggali dan mengembangkan potensi mereka sejak dini menjadi sangat penting.

Banyak ahli yang mengatakan bahwa kapasitas belajar anak yang terbentuk dalam masa ini akan menjadi landasan bagi semua proses belajar pada masa depan. Orang dewasa yang tetap bisa belajar dengan mudah umumnya adalah mereka yang dari sejak kecil terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar.

Mereka yang cabang-cabang otaknya lebih banyak karena yang dipakai belajar sewaktu kecil, ternyata respon yang lebih bagus, inisiatif yang lebih cepat, daya tangkap dan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu, motivasinya untuk maju juga berbeda.

Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan sejauh mana orang tua memahami anak sebagai individu yang unik. Setiap anak memiliki potensi( keahlian) yang berbeda, namun saling melengkapi dan berharga.

- Iklan -

Potensi yang dimaksud disini adalah hal-hal spesifik iya apa pada diri anak, yang tampak lebih jika dibandingkan dengan anak seusianya. Selain unik, mereka adalah tetap anak-anak, yang masih terus tumbuh dan berkembang.

Anak-anak pada dasarnya kreatif. Mereka mempunyai ciri-ciri individu yang, misalnya, rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Pengalaman konkret adalah yang dibutuhkan anak dalam usia ini.

Untuk itu, sejak dalam kandungan, ibu dapat melakukan berbagai hal yang dapat menstimulasi perkembangan otak bayi. Diantaranya dengan membacakan cerita, ayat-ayat alquran atau sekadar mengajak bayi mengobrol. Penelitian menunjukkan otak bayi dalam kandungan dapat merespons kondisi diluar; telinga bayi tersebut dapat mendengar apa yang Ibu katakan.

Munculnya potensi ( kemampuan ) anak bergantung pada rangsangan yang diberikan orang tua. Karena itu, wajib bagi orang tua untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini adak menerima stimulasi akan makin baik. Lalu apa yang semestinya dilakukan orang tua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak usia dini?

1. Kenali potensi anak

Orang tua terus belajar tentang semua hal yang berhubungan dengan cara mengenali potensi anak.

Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap perilaku anak. Apakah anak mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu, seperti: dapat berjalan dan berbicara pada usia yang sangat dini, lebih cepat dari anak seusianya; mempunyai kecepatan dalam penguasaan berbagai informasi.

Mempunyai kemauan memperhatikan suatu persoalan waktu yang lama, mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sehingga mampu berkomunikasi dengan bahasa yang komunikatif pada usia dini dan mempunyai kemampuan mengekspresikan gagasannya dengan bahasa yang kompleks; mempunyai kemampuan menceritakan suatu kejadian ( cerita ) dengan cukup jelas; mempunyai kemampuan mengingat yang cukup tinggi memiliki daya Kreasi dan imajinasi yang tinggi dan sebagainya.

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlakuan atau metode pendekatan yang dipakai untuk masing-masing anak dalam proses pelajarannya juga berbeda.

Mengenali potensi anak dapat dilakukan dengan permainan. Permainan merupakan cara pertama untuk melatih kepekaan, daya imajinasi kecenderungan, dan keterampilan anak. Permainan juga dapat digunakan untuk membentuk kemampuan alami dan intelektual anak.

Permainan imajinatif ataupun simbolik akan membantu mengembangkan kecerdasan anak. Ketika kemampuan anak meningkat dalam menyelesaikan persoalan yang kompleks dalam permainan maka akan bertambah luas pula kadar informasi dan pengetahuan bahasanya dibandingkan dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya.

Pilihlah permainan yang dapat menumbuhkan kemampuan motorik dan kognitif sesuai usianya. Permainan tradisional yang banyak menuntut bergerak aktif, seperti petak umpet, bermain drama atau lompat tali sangat baik dilakukan.

Orang tua juga dapat mangenalkana anak dengan berbagai permainan edukatif yang dapat merangsang imajinasinya dan juga motoriknya, yakni dengan cara mengamati dan meraba; misalnya puzzle, kertas gambar, pensil warna dan sebagainya.

Biarkan anak berkreasi sesukanya. Permainan- permainan seperti ini dapat mengembangkan kecerdasan dan imajinasi anak dengan cara menyenangkan.

Jadi anak pun tertarik untuk mempelajari hal-hal baru dan tidak merasa terbebani. Jika anak masih muda, mulailah puzzle sederhana. Seiring bertambahnya umur, orang tua bisa memberikan puzzle yang lebih rumit.

Untuk mengembangkan kemampuan bahasanya, lakukan kegiatan seperti membacakan buku cerita, permainan menyusun kata. Mengelompokkan benda-benda di rumah berdasarkan kategori; misalkan benda berwarna merah, benda berbentuk bundar dan lain-lain akan dapat mengembangkan kemampuan logikanya.

Menari, berolahraga, bermain sandiwara, boneka tangan akan dapat mengembangkan keterampilan motoriknya. Jangan lupa libatkan anak yang lain ketika bermain agar kemampuan interpersonalny juga berkembang dengan baik.

2. Berikan stimulasi yang tepat

Stimulasi adalah berbagai rangsangan, entah itu kesempatan bermain, fasilitas belajar, atau materi (misalnya cerita atau bacaan), yang dapat memicu anak untuk belajar atau mengolah pengajaran.

Rangsangan juga bisa berbentuk sentuhan yang abstrak, misalnya dukungan dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak. Riset mengungkap bahwa keterlibatan orang tua dalam belajar anak sangat punya peranan dan kontribusi yang akan dimaknai sebagai motivasi oleh si anak.

Rangsangan akan membentuk cabang-cabang otak sebanding dengan yang kita berikan. Selain itu, pengetahuan dan pengalaman si anak juga semakin kaya. Perlu pula dibentuk kebiasaan belajar atau tradisi berprestasi dalam keluarga.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU