Apakah di dalamnya ada bangunan antik, benda-benda bersejarah, makam, atau benda-benda lain yang asing dari dunia manusia. Mengapa pintunya terbuat dari emas? Mengapa tidak dibuka sepanjang masa, dan hanya dibuka dalam kesempatan tertentu? Apakah ada dalil yang melarang membuka isi Kabah? Sejarah ka’bah.
Sebenarnya bagian dalam Kabah tidak ada apa-apa. Hanya ada sebuah meja kecil, setinggi lutut tempat duduk lampu rechargeable untuk menerangi ruangan gelap. Di dalamnya tidak ada Air Conditioner (AC) atau kipas angin. Lubang udara satu-satunya ialah pintunya, kalau sedang dibuka.
Tidak ada barang antik, tidak ada lukisan atau ukiran, tidak ada kesan mewah di dalamnya. Justru di tengah kehampaan, tidak ada apa-apa kecuali ruang kosong, membuat diri kita semakin merinding. Di dalam Kabah, kita bisa salat ke arah semua penjuru mata angin. Kita bisa salat menghadap ke sekeliling tembok.
Di sinilah keagungan Kabah, di tengah kekosongannya kita diajak untuk mengosongkan diri seperti kosongnya bagian dalam Kabah. Tidak ada sedikitpun kesan mewah di dalamnya, betapa perlunya menghilangkan segenap kesan kemewahan duniawi saat kita menghadap ke haribaan Allah SWT.
Kesederhanaan ruang ini menurut pendapat sebagian ulama ada pula yang mengatakan ruang di dalam Ka’bah itu kosong.
Kosong disini memiliki esensi makna illahiah yaitu untuk mengosongkan atau memurnikan pikiran dari hal-hal selain Allah azza wa jalla, karena dengan mengosongkan diri dari niat buruk, sombong, iri, dengki dan hal lain yang bersifat keduniawian maka kita akan lebih mudah menyelami esensi ilahiah ini.
Kabah pertama kali dibangun atas permintaan Adam dan Hawa ketika keduanya diturunkan ke bumi penderitaan dari surga kenikmatan, akibat pelanggaran perintah Allah, mendekati buah terlarang.
Kabah dibangun sebagai miniatur Baitul Makmur, dan Baitul makmur sendiri merupakan miniatur Arasy, istana Tuhan.
Sejarah ka’bah
Kabah di bangun di Mekah oleh malaikat atas perintah Tuhan untuk memenuhi permohonan Adam dan Hawa agar dibangunkan rumah pertobatan di bumi. Adam dan Hawa mengenal fungsi rumah pertobatan ketika keduanya bersama-sama para malaikat melakukan tawaf di Baitul Makmur.
Seperti kita ketahui, para malaikat pernah merasa berjarak dengan Tuhan ketika mempertanyakan kebijakan Tuhan tentang rencana penciptaan manusia dalam surat Al-Baqarah ayat 30, ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan-Mu?. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Menanggapi bahasa Tuhan seperti itu, maka para malaikat menyesali kelancangannya mempertanyakan kebijakan Tuhan, lalu mereka bertawaf mengelilingi Arasy, istana Tuhan, selama berhari-hari sambil menangis menyadari kelancangannya.
Pada satu hari, Tuhan menyapa malaikat dan mereka diminta untuk pindah di Baitul Makmur, miniatur Arasy, dibangun di bawah Arasy. Di situlah nenek moyang kita Adam dan Hawa ikut bertawaf bersama malaikat dan jin.