Adakan Kuliah Tamu Lintas Sektor, FKM Unhas Undang Peneliti Ekonomi Australian National University

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) kembali mengadakan kuliah tamu pada hari Kamis, 12 Januari 2023.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh mahasiswa FKM Unhas dari berbagai program studi dan jenjang, baik mahasiswa S1, mahasiswa S2, maupun mahasiswa S3.

Opening speech diberikan oleh Prof Dr Eng Ir Adi Maulana, ST MPhil selaku wakil rektor bidang partnership, inovasi, kewirausahaan, dan bisnis Universitas Hasanuddin.

Adapun Welcoming speech diberikan langsung oleh Prof Sukri Palutturi, SKM MKes MScPH PhD sebagai dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Dalam sambutannya, Prof Sukri mengucapkan terima kasih kepada narasumber yang bersedia hadir secara luring untuk membawakan materi dan pengalamannya selama berada di Australia, khususnya di Australian National University.

Prosesi penyerahan souvenir oleh Prof. Sukri Palutturi kepada Dr. Arianto Patunru di ruang kelas K111 FKM Unhas, Kamis (12/1)

Adapun pembicara dari kuliah tamu kali ini yaitu Dr Arianto Patunru, yang merupakan Coordinator Policy Engagement di Australian National University sekaligus sebagai salah seorang peneliti yang aktif di bidang ekonomi.

Adapun pembahas yang juga ikut berperan yaitu Dr Sudirman Nasir dan Nur Arifah, SKM MA sebagai dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Baca Juga:  Unifa Sosialisasi Program RPL untuk Prajurit TNI

Dengan mengusung tema “Socio-Economic Outlook 2023 and Beyond”, diskusi ini mengacu pada beberapa point dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Point tersebut yaitu tujuan ke-8, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta poin ke 17 yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan. Hal ini menjadi salah satu upaya FKM Unhas dalam mencapai World Class University.

- Iklan -

Kuliah tamu dan diskusi tersebut banyak membahas tentang proyeksi perekonomian global maupun Indonesia pasca era new normal.

Ada pun yang menjadi garis besar pembahasan adalah inflasi, public health redesign, global value chain adjustment, dan geopolitik recalibration.

Dr Arianto Patunru menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan terjadi inflasi semasa COVID-19, diantaranya kebijakan Lock Down serta pergelontoran bantuan pemerintah dalam bentuk uang.

Lock down menjadikan pergerakan ekonomi melambat karena berdampak pada kebanyakan industri.

Hal ini menjadi masalah yang menekan produksi penawaran sedangkan permintaan terus meningkat, akibatnya terjadi kenaikan harga dan pertumbuhan ekonomi melambat.

Pencabutan kebijakan Lock Down di China juga berpotensi meningkatkan inflasi secara global jika penyedia supply berbagai industri tidak siap.

Baca Juga:  Unpacti Makassar Yudisium 20 Alumni S2 Ilmu Pemerintahan Angkatan I

Meskipun membicarakan masalah ekonomi, penyampaian diskusinya disampaikan kearah yang lebih relevan di bidang kesehatan masyarakat.

Berbagai permasalahan yang terus berlanjut hingga 2023 ini mengharuskan adanya penyesuaian di berbagai bidang.

Misalnya new normal pada bidang kesehatan masyarakat seperti memakai masker dan menjaga jarak, di bidang ekonomi, tingkat inflasi mungkin akan tetap tinggi diatas 3% hingga beberapa tahun dan kita harus menerima itu sebagai new normal.

Ekonomi dan kesehatan merupakan dua hal yang akan selalu berkaitan. Beberapa waktu yang lalu, ada banyak perdebatan tentang yang mana harus diprioritaskan; apakah kesehatan atau ekonomi dalam kondisi pandemi yang menyebabkan keterpurukan pada kedua aspek tersebut.

Kesenjangan ekonomi dan sosial juga menjadi suatu masalah. “Kesenjangan merupakan hal yang beracun bagi kesehatan manusia. Negara-negara dengan tingkat kesenjangan yang rendah pada umumnya sangat baik pada semua indikator kesehatan masyarakat,” Jelas Dr. Sudirman Nasir di akhir diskusinya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU