Ahmad Ghazali: “Orang Baik Tutur Katanya Baik” (3)

Ahmad Al- Ghazali Al – Bantani juga berpendapat, tolok ukur seseorang dikatakan baik (bermoral) atau tidak baik (amoral), salah satunya bisa dilihat dari bagaimana dia bertutur kata kepada orang lain.

Orang yang bermoral baik, pasti pandai menjaga perkataan dan perasaannya. Itulah akhlak yang utama dan terpuji. Dalam hal ini, lisan menjadi ukuran.

Dari Tutur Kata

Seseorang yang tutur katanya kotor, dan sering menyakiti hati orang lain, dipastikan isi hatinya pun kurang lebih sama. Berarti, orang seperti itu, tidak berhati hati dengan hatinya.

Ibarat sebuah teko (cerek dari tembikar atau plastik dan sebagainya untuk tempat air minum). Jika teko itu, diisi air teh, maka yang keluarpun, pasti air teh.

Baca Juga:  Renungan tentang Isi Al-Quran

Sebaliknya, jika teko itu diisi air kopi, maka yang keluar pun, pasti air kopi, tidak mungkin tertukar.

Hati juga begitu, menjaga hati agar tidak kotor dan tidak mengucapkan hal hal yang kotor melalui mulut adalah, jihad dengan pahala yang besar.

Seandainya kita mendengar atau bergaul dengan orang yang lisannya tajam, selalu menyinggung orang lain dengan ucapannya, maka sebaiknya ditinggalkan. Karena mereka bukan kawan yang baik.

Mengapa ? Karena tidak pandai menjaga lisan. Bisa bisa kita terbawa sifat negatif mereka. Kemudian kita pun terbiasa mengucapkan perkataan yang kotor lagi menyakitkan hati orabg lain.

- Iklan -
Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Sabtu, 16 November 2024: Kita Masih Tetap Manusia!

Kualitas

Penggunaan tutur kata yang tidak baik, dan tidak benar, bisa.menimbulkan penyakit jiws.Itulah sebabnya Nabi Ibrahim alaihis salam, pernah mengucapkan suatu doa yang sangat penting. Yang artinya, ” Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik, bagi orang orang yang datang kemudian”. (QS. As – Syuraa : 84).

Doa tersebut nerupakan harapan dan keinginan Nabi Ibrahim AS. Beliau berharap, agar orang orang yang hidup sesudahnya, tetap menghormatinya dengan ungkapan ungkapan yang baik.

Kualitas seseorang tergantung ucapannya. Jika ingin mengetahui seberapa besar kebodohan seseorang, maka lihatlah seberapa sering dia menyakiti perasaan orang lain, karena sebab lisannya. (Ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU