“Bu, Alina berangkat kerja dulu yaa, Assalamu’alaikum” “Wa’alaikumussalam, hati hati ya lin…” “Iya bu…”. Setelah berpamitan, Alina pun bergegas ke kantor barunya menggunakan ojek online. Alina adalah seorang freshgraduate berusia 21 tahun.
Dirinya berhasil menempuh kuliah selama tiga setengah tahun di salah satu Universitas Negeri yang ada di Bandung. Meskipun hanya seorang mahasiswa bidikmisi, dirinya mampu berprestasi dan menjadi lulusan termuda di angkatannya.
Pagi ini cukup mendung, namun semangat Alina berlawanan dengan kondisi langit yang tidak mendukung, Alina melangkahkan kakinya menuju perusahaan swasta yang tidak jauh dari rumahnya, dan hanya memakan waktu satu setengah jam untuk sampai disana menggunakan ojek online.
Kini, Alina hanya tinggal bersama ibu dan satu adik laki-lakinya yang masih kuliah, Namanya Fazriel. Alina sangat ingin bekerja semenjak dirnya SMA, namun tidak diizinkan ibunya, dengan alasan Alina cukup fokus saja mengenyam Pendidikan.
Semenjak kepergian ayahnya, kebutuhan mereka kurang terpenuhi karena ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Namun, Alina memiliki kakak laki-laki dengan usia terpaut 6 tahun yang sudah menikah dan berkeluarga.
Biaya hidup sehari-hari hanya mengandalkan sang kakak setiap bulannya. Sesungguhnya Alina sudah sangat bersyukur, keuangan keluarga terbantu oleh sang kakak.
Tetapi, jika hanya mengandalkan kakaknya, bagimana kehidupan dirinya bersama ibu dan adiknya makmur seperti dulu. Sementara ibu semakin tua, tentu membutuhkan biaya lebih untuk menunjang kesehatan sang ibu.
Akhirnya, Alina yang memang dianugerahi otak cerdas hingga menyelesaikan kuliah dengan waktu singkat, memutuskan untuk langsung melamar pekerjaan. Dan bersyukur langsung diterima.
Dengan gaji yang cukup besar karena lulusan sarjana, Alina berpikir ini lebih dari cukup untuk keberlangsungan hidupnya dan keluarganya. Fazriel pun juga belum diizinkan bekerja oleh ibu, dikarenakan alasan yang sama dengan yang ibunya katakan pada alina dahulu.
“Mbak Alina, silakan datang ke lantai 7 ruang B15. Disana sudah ada seseorang yang siap mengarahkan Mbak Alina melakukan pekerjaan hari pertama dan seterusnaya.” kata wanita 30 tahun itu dengan ramah.
Wanita tersebut adalah staff administrasi yang bekerja di lantai 2. Namanya Liza, begitu alina melihat name tag yang disematkan di kemejanya. “baik mbak, terima kasih untuk informasinya. Saya permisi.” jawab Alina.
Dan langsung menuju lift. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Kini dirinya berada di lift Bersama pemuda dengan postur tinggi besar, menggunakan kemeja dan menggelangi jasnya di tangannya.
“Umm… saya belum pernah melihat anda sebelumnya. Apakah anda.. pekerja baru disini?” kata laki-laki itu sedikit menunduk melihat Alina yang bertubuh kecil didepannya. “I-iya pak. Perkenalkan, saya Alina Ramanda, staff baru bagian sekretaris.” jawab Alina sedikit gugup.
Laki-laki itu hanya mengangguk paham dan tersenyum. “Saya Arkan, pimpinan perusahaan ini.” Jelas Arkan. Tiba-tiba, lift sampai di lantai yang alina tuju. Tak disangka, ternyata Alina dan Arkan menuju lantai yang sama. “Anda mau kemana?” Tanya Arkan sambal berjalan disampingnya.
“Ruang B15 pak. Ngomong-ngomong, sebelah mana ya pak? Berhubung saya baru bekerja hari pertama, saya belum begitu hafal letak-letak ruangan Gedung ini” jawab Alina. Arkan tersenyum simpul.
“Dari sini anda bisa berjalan lurus, lalu belok kiri dua kali. Bila anda menemukan ruang dengan pintu kayu ukir, maka disana ruangannya.” jelas Arkan sambal menunjuk-nunjuk menggunakan jarinya. “Baik pak, terima kasih atas bantuannya.
Saya izin permisi”. Baru saja Alina hendak pergi, Arkan menggengam pergelangan tangan Alina. “Tunggu” tegasnya. “Oh, ada apa ya pak?” Alina kebingungan saat mendapati dirinya merasakan perasaan aneh yang tiba-tiba datang.
Arkan langsung terus terang menjelaskan bahwa dirnya dan Alina sebenarnya ingin menuju ruangan yang sama. Mereka pun menuju ruangan tersebut dengan jalan bersampingan.
Alina merasakan kerisihan yang luar biasa sejak Arkan memegang pergelangan tangannya. “Silakan masuk” kata seseorang dari dalam.
Ternyata didalam ada seorang lelaki paruh baya. “Wajahnya tidak asing, tapi siapa ya?” gumam Alina. “Calonmu, dek?” tanya lelaki tua tersebut. “Mungkin suatu saat Pa” jawab Arkan. Eh? Alina mulai pusing.
“Dek? Pa?” seperti panggilan ayah ke anaknya. Setelah Alina pertegas, loh? Wajahnya… “Mirip? Ini Papa saya.” Tiba-tiba arkan langsung mengetahui isi otak Alina. Dan tadi… mengenai calon… “Enggak pak, mohon maaf.
Saya bukan calonnya. Saya hanya pekerja baru disini. Mohon pengarahannya pak.” Tegas Alina sambil membungkukan badannya. Lelaki tua itu terkekeh, disusul kekehan Arkan. “Tidak ada yang tidak mungkin.
Kita kan tidak tahu takdir kita kedepannya. Siapa tahu anda memang calon saya” jelas Arkan santai. Alina menjadi semakin malu dan canggung dibuatnya. “Nak, justru, anak saya ini yang akan mengarahkan segalanya mengenai pekerjaan kamu.
Saya hanya bertamu, mengontrol keadaan perusahaan. Sekarang pimpinan perusahaan ini adalah anak saya, Arkana Lazuardi” jelas lelaki tua itu, tidak lama, dirinya berpamitan lalu pergi meninggalkan perusahaan.
Arkana langsung duduk di kursi tempat Papanya duduk. Alina yang melihat kejadian barusan hanya terdiam di depan meja, sambal menunduk. “Jadi, hari ini anda mulai bekerja menjadi sekretaris saya.
Bagaimana, apakah anda siap?” tanya Arkan. Alina tidak punya pilihan Dirinya segera menyetujui pekerjaannya tersebut. Hari demi hari, Alina mengerjakan pekerjaannya dengan lancar.
Dirinya dan Arkan juga semakin dekat seiring berjalannya waktu. Tak terasa sudah 2 tahun bekerja dibawah pimpinan perusahaan yang Arkan kendalikan. Semakin lama, semakin tekuak bahwa Arkan adalah teman alina semasa SMP.
Keduanya sama-sama tinggal di bandung. Setelah itu, mereka berpisah karena Arkan harus tinggal di Jakarta mengikuti Papanya yang sedang dinas. Keduanya mengikat janji jika suatu hari bertemu, Arkan akan menikahi dengan Alina.
Alina pun menunggu, namun dirinya mulai melupakan janji tersebut karena sibuk mengejar akademiknya. Dan sekarang mereka dipersatukan kembali, hingga selang beberapa bulan, mereka memutuskan untuk menikah dan bahagia bersama.
Penulis : Nisrina Putri