Sore ini aku menikmati hujan yang turun dengan secangkir teh hangat, ingatanku kembali pada masa dimana aku berjuang untuk kuliah di negara Eropa. Pada saat aku kecil hampir semua kelakuanku benar-benar tidak dinilai oleh orang tuaku.
Mereka sudah mengatur semuanya dengan baik dari mulai kegiatan, teman hingga pendidikanku semua mereka yang mengaturnya. Hingga suatu saat aku dan orang tuaku berbeda pendapat tentang perguruan tinggiku, yang mana aku ingin kuliah di Turki tetapi orang tuaku ingin aku tetap didalam negeri ini.
“mah, pah selama ini kalian yang mengatur pendidikanku, kalian menyekolahkanku dimana saja pasti aku terima, sekali ini saja aku berpendapat tentang pendidikanku.”
Aku berhasil membuat mereka tercengah dengan pembicaraanku, yang mana mereka selalu menganggapku anak yang pendiam dan tidak pernah membantah atas kemauan mereka.
Pada saat alarm tidur malam berbunyi mamaku masuk kekamarku. “Rinh…” panggil mamaku, itulah namaku.
“Kenapa kamu tiba-tiba ingin menempuh pendidikan di Turki?” tanya mama sembari mendekati dan duduk di kursi belajarku.
Aku terdiam dan berfikir apa alasanku kuliah di negara eropa?
“Aku penasaran dengan sejarah islam disana” ujarku tetapi itu bukan alasan utamaku, mamaku menatapku heran karena aku tidak pernah seperti ini, tanpa mengucapkan apapun mamaku pergi dari kamarku, kupikir orang tuaku akan mengizinkanku kuliah di Turki, dan ternyata pendapatku kurang kuat, akhirnya pun mereka tetap mendaftarkanku di perguruan tinggi negeri ini lebih tepatnya di Universitas Negeri Malang, akupun menyetujui mereka untuk kuliah di UM.
Pada waktu kuliah aku diam-diam mengumpulkan uang biar bisa kuliah di Turki dengan mengumpulkan uang entah itu aku kerja setelah kuliah, menitipkan jualan makanan di kantin kampus, mengikuti lomba-lomba yang berhadiahkan uang, karena kuliah di turki jalur berkas membutuhkan banyak biaya, pasti kalian berpikir kenapa tidak menunggu pendaftaran beasiswa? Karena aku ingin membuktikan bahwa aku bisa cari uang sendiri, bisa keterima kuliah di Turki.
Hingga pada 3 September 2021 aku dapat email yang menyatakan bahwa aku keterima di salah satu universitas di Turki yaitu Istanbul University, setelah dapat kabar dari itu aku minta izin ke orangtuaku untuk kuliah diTurki, dan akhirnya pertama kalinya mereka menerima permintaanku dengan satu pertanyaan yang sama seperti dulu mamaku tanyakan
“kenapa kamu benar-benar ingin sekolah di negara Turki” tanya papaku dengan nada yang lembut, tetapi entah kenapa aku meneteskan air mata
“Mah,pah pernah gak mama, papa berpikir apa yang aku inginkan?, pernah gak kalian bertanya kepadaku tentang teman-temanku, pernah gak bertanya bagaimana sekolah hari ini?
Hingga pada suatu ketika aku dibilang manja kalian gak taukan?” ujarku dengan mata yang sembab
“oke alasanku kuliah di Turki alasan agama karena aku penasaran akan sejarah agama islam, perjuangan islam di negara turki, kalau alasan pribadi karena aku ingin membuktikan ke temanku bahwa aku bisa, aku bukan anak yang manja, aku juga bisa mandiri dan alasanku yang terakhir karena aku ingin merasakan hidup tanpa harta dari kalian.” Aku berhasil membuat mereka hanya terdiam
“mah…. pah ” panggilku
“Boleh kan aku kuliah di Turki?” tanyaku mematangkan keputusan mereka
“ Nak, kita minta maaf ya.. karena kita terlalu sibuk hingga kita lupa denganmu, kita juga selalu menuntu kamu untuk selalu bisa dalam semua bidang, maafkan mama dan papa ya” ujar papa dengan mata yang tersedih
Tanpa terduga mereka meminta maaf denganku, akupun meneteskan air mata dan berterima kasih kepada mereka karena membolehkanku kuliah di Turki.
“Kamu bisa daftar jalur berkas di Turki dapat uang dari mana?” tanya papaku tiba-tiba
“Aku kerja mah,pah karena cara ini yang bisa membuat kalian bisa percaya bahwa aku bisa” ujarku
Pada 10 September 2021 jam 04,00 WIB jadwal penerbanganku sih jam 05.00 WIB aku diantarkan orangtuaku kebandar udara internasional Adi Sumarmo pergi ke bandar udara internasional Soekarno-Hatta berkumpul dengan rombongan mahasiswa yang akan kuliah di Turki juga
“Nak, hati-hati disana jangan lupa sholat tepat waktu, tilawah, nanti kalau memang uangmu habis bilang sama mama dan papa, jangan kerja fokus sama kuliah saja, kerja biar kita” ujar papa sambil memelukku
“Iya pah, I love you dad” air mataku menetes
“Ih kenapa coba nangis?” tanya mama ku dengan memelukku
“Gak papa, terharu aja selama 17 tahun aku baru merasakan rasanya di peluk orang tua” air mataku serasa tidak bisa berhenti merekapun memelukku bersamaan.
“ Dah sama masuk pesawat, nanti kalau ketinggalan kamu lanjut kuliah di UM lho.”
Canda mamaku agar aku tidak menangis lagi
“iya mah, aku masuk pesawat ya, bye mah” sambil menuju pesawat
Aku lupa pamitan dengan mereka, seketika akupun balik dan mencium tangan dan pipi mereka pertama kali
“Assalamu’alaikum mah, pah” kali ini aku benar-benar meninggalkan mereka sambil melambaikan tangan ke mereka
“Waalaikumsalam” jawab mereka bersama dengan melambaikan tangan juga
Jam 06.25 aku sampai bandar udara internasional Soekarno-Hatta, aku bertemu teman- teman baru, yang mana nanti sebagian dari kita juga berpisah di Turki karena kita keterima di universitas yang berbeda-beda, karena jam keberangkatan ke Turki jam 07.00 WIB kita memanfaatkan waktu kita untuk saling mengenal satu dengan yang lain.
Jam 07.00 kita berangkat ke negara Turki karena jakarta ke istanbul memakan waktu cukup lama yaitu 12 jam 10 menit aku memanfaatkan dengan mendengarkan lagu-lagu Turki, Sholat dan juga makan siang, nah kita sampai Turki sekitar jam 19.10 WIB atau jam 15.10 UTC. sebelum kita berpisah ke kota masing-masing, 3 hari kita jalan-jalan keliling turki, setelah itu kita sudah bisa memulai kursus bahasa turki.
“Rinh ” panggil dari temanku berhasil membuatku tersadar dari lamunanku
“Kenapa?” tanyaku, kita mahasiswa dari indonesia dijadikan 1 kosan agar mudah komunikasinya
“Sudah mau maghrib, masuk kamar pintunya ditutup.” Ujar temanku “Siap bos.” Sambil meranjak dari tempat duduk dan menutup pintu kosan
TAMAT