“ ALANA “

Rumahku tidak lagi di warna i oleh cinta dan kebahagiaan. Tekanan dan ketakutan hanya itu yang mampu aku gambarkan untuk rumahku.

” Tok..tok..tok.. Seliiiiinnn” teriaku memanggil Selin tepat di depan pintu rumahnya ” Alana..?” Ucap Selin.

Seketika aku menghambur dipelukan Selin. Ku peluk Selin erat seolah mengisyaratkan bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Ku biarkan diriku menangis sejadi-jadinya di pelukan Selin.

Selin kembali memelukku erat seolah mengisyaratkan. ” Tenang Alana kamu baik-baik saja kamu tidak sendiri “.

Perlahan ku jelaskan pada Selin apa yang terjadi denganku. Tangisku kembali pecah ketika menceritakan semuanya pada Selin. Selin mengusap pucuk kepalaku seraya menenangkan ku.

You not alone Alana, aku ada disini sahabat yang akan mendengar semua ceritamu, yang akan menguatkan mu. Jangan sungkan untuk bercerita denganku Al.. ” ucap Selin sambil memelukku.

” Saat ini fikiranku kacau sel. Kemarin aku bertemu Dafin dalam keadaan perasaan kacau dan kemarin juga papa mamaku berencana ingin berpisah. Sel…kenapa semuanya datang bersamaan? waktu itu Dafin pergi tanpa alasan dan sekarang papa mamaku juga ingin berpisah tanpa alasan untukku…”

Apa ini yang namanya takdir. ” People come and go dalam hidup kita ” Apa yang salah dariku

? Apa Aku menyusahkan mereka? Atau mungkin aku bururk di mata mereka. Kenapa orang di sekitarku senang meninggalkan?

- Iklan -

Lagi-lagi Selin memelukku erat. Menepuk pundak ku berkali-kali. Tidak ada yang terucap dari bibirnya ia pun ikut menangis. Sangat terasa bahwa Selin Paham apa yang terjadi denganku.

“ Al, orang-orang pergi dari hidupmu bukan berarti mereka benci atau tidak suka denganmu. Kamu harus tau itu, mungkin saja mereka punya alasan mengapa mereka melakukan hal ini dengan kamu. Tidak semua yang pergi itu berarti buruk untukmu. Pahaam..?”

“ Alana gagal jadi yang terbaik untuk mereka. Alana kalah dalam percintaan dan Alana pun kalah dalam hal keluarga. I hate komitmen ” ucapku lirih dengan nada sesegukan

You are strong women Alana..You can do it…” terdengar suara Selin yang berusaha menyemangatiku.

Ku alihkan pandanganku ke sembarang arah, ku seka air mataku yang sedari tadi turun dengan deras. “ Rain” lagi-lagi diluar sana hujan seolah hujan tau hatiku sedang kacau.

Aku teduduk di bawah derasnya hujan, Ku rengkuk kedua lututku seraya menguatkan diriku sendiri. Hujan turun dengan derasnya membasahi tubuhku termasuk hatiku. Tangisku pecah dan tidak seorangpun tau sebagian dari derasnya hujan aku menangis sejadi-jadinya.

“ Dafin….” Ucapku lirih

Sosok laki-laki yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Ku arahkan pandanganku kearahnya lirih. Dafin mengusap pucuk kepalaku. “ Al, maaf…” hanya itu yang mampu terucap dari bibir Dafin.

Seketika seluruh tubuhku terasa lemah, ku peluk Dafin lalu menangis sesegukan. Perasaan ku kacau saat Dafin berbalik memelukku.

“ Dafin… Aku buruk, semua orang meninggalkanku…” ucapku tanpa melihat Dafin

“ Al, Please…Berhenti menyalahkan dirimu, maafkan aku tidak pernah mengerti perasaanmu dan tidak pernah ada saat kamu terpuruk. Maafkan aku karena menimbulkan luka di hatimu. Aku tidak tau ternyata sosok wanita yang ceria di hadapanku ini memiliki masalah dan luka se sulit ini..Maafkan aku Al…” ucap Dafin seolah menyesali perbuataannya di masa lalu.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU