Aliran Filsafat Idealisme, Rasionalisme, Empirisme, Dualisme dan Positivisme . Filsafat adalah ilmu yang mempertanyakan hampir atau bahkan semua hal.
Idealisme
Idealisme merupakan aliran filsafat yang mendasar kepada ide. Penganut aliran ini percaya bahwa realita terbentuk dari gabungan jiwa dan ide. Kedua kerjasama ini pun dianggap penting dalam perkembangan manusia dalam berpikir. Plato dan Descartes adalah contoh filsuf terkenal yang pernah membahas aliran ini.
Rasionalisme
Aliran filsafat kedua dinamakan sebagai rasionalisme. Bapak filsafat modern, Rene Descartes, merupakan pelopor dari aliran ini. Satu waktu, ada satu pertanyaan yang muncul di kepala filsuf ini, yaitu: “Apakah metode dasar manusia dalam melakukan refleksi?”.
Jawabannya adalah dengan akal. Akal merupakan roda pemutar penting di dalam diri manusia dalam kehidupan. Akal membantu manusia untuk menemukan, memperoleh, dan menguji sesuatu. Para penganut aliran ini mempercayai bahwa segala permasalahan dapat menemukan titik terang dengan akal.
Empirisme
Bertentangan dengan aliran rasionalisme, empirisme menganggap pengalaman lebih mendasar daripada akal. Semua yang terlihat oleh panca indera adalah gambaran nyata, jelas dan pasti. Jadi, umat manusia sangat bergantung sekali dengan aktivitas mendengar, mencium, melihat, merasakan, dan menyentuh.
Penganut aliran empirisme pun tidak yakin bahwa dasar manusia memiliki pengetahuan dalam diri tanpa keberadaan pengalaman. Mereka berpikir pengetahuan tidak mampu terbentuk tanpa manusia menjalani pengalaman. Francis Bacon dan Thomas Hobbes merupakan dua contoh penganut aliran empirisme.
Dualisme
Aliran dualisme merupakan kombinasi dari dua realita yang berlainan dan bertolak belakang. Meskipun begitu, keduanya tidak dapat dipisahkan dan berjalan tanpa satu sama lain. Ada beberapa tokoh yang menyatakan bahwa kedua realita ini adalah idealisme dan materialisme.
Dengan kata lain, materialisme dapat dikatakan sebagai gabungan dari tubuh dan jiwa. Thomas Hyde, selaku pelopor dari pemikiran ini, berpendapat bahwa pikiran dan zat adalah substansi yang berbeda. Namun, keduanya akan saling melengkapi demi membentuk suatu pengetahuan di dalam manusia.
Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang muncul di abad ke-19. Aliran ini adalah kepercayaan pada fakta. Selain fakta, positivisme akan menganggap semua itu sebagai yang tidak pasti dan tidak nyata.
Seperti aliran empirisme, positivism mempercayai bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman yang dialami melalui panca indera. Para penganutnya tidak percaya bahwa manusia mempunyai pengetahuan tanpa mengalami sesuatu. Oleh sebab itu, manusia tidak dapat mengetahui tanpa melihat terlebih dahulu.
Henri de Saint Simon adalah pioneer dari aliran ini. Positivisme selanjutnya dikembangkan oleh muridnya yang bernama August Comte. Mereka membentuk pemikiran bahwa pengetahuan yang manusia terima perlu sistem hubungan sebab dan akibat. Melalui proses itu, barulah hukum-hukum pengetahuan terbentuk.