Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Peresmian Kampus IAIN Parepare dan IAIN Bone dirangkaikan dengan Seminar Nasional dengan tema “Meneguhkan Peran IAN Parepare Sebagai Pengembangan Akulturasi Islam-Budaya untuk Mewujudkan Islam Washatiyah” telah digelar di Auditorium IAIN Parepare, Senin 19 November 2018.
Hadir, Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia (RI) Lukman Hakim Saifuddin meresmikan dua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) tersebut. Peresmian ditandai dengan pemukulan gendang dan menekan tombol sirine, dilanjutkan penandatanganan dua prasasti oleh Menag.
Selain dihadiri Menag, peresmian tersebut juga hadiri oleh Walikota Parepare, Wakil Bupati Bone, Sekretaris Kota Parepare, Ketua DPRD Parepare, Kakanwil Kemenag Sulsel dan Forkopinda Sulsel serta sejumlah rektor PTKIN dari sejumlah provinsi dan pejabat Kemenag pusat.
Melansir di laman madsos Humas dan Protokol Setda Bone, dalam sambutannya, Wakil Bupati Bone Drs H Ambo Dalle MM mengucapkan banyak terimah kasih atas kehadiran bapak Menteri Agama RI, untuk meresmikan kampus IAIN Parepare dan IAIN Bone, dari AmSTAIN menjadi IAIN. Ambo berharap Menag dapat juga berkunjung di Bumi Arung Palakka, karena Bone adalah kabupaten yang terluas di sulawesi selatan dan memiliki 27 Kecamatan.
Rektor IAIN Bone, Prof Dr A Nuzul SH Mhum dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan panjang akhirnya STAIN Bone beralih menjadi IAIN Bone dan akhirnya hari ini akan diresmikannya kampus IAIN Bone dan IAIN Parepare.
Sementara itu, Menag RI Lukman Hakim Syaifuddin merasa lebih percaya diri dan berbangga karena bisa memakai songkok recca. Menag merasa bahagia berasa berada dirumah sendiri. Hadir untuk meresmikan beralihnya STAIN Parepare dan STAIN Bone menjadi IAIN Parepare dan IAIN Bone.
Selain itu, Menag mengapresiasi motto IAIN Parepare ‘Sopan Bertutur dan Santun Berperilaku’. Menurutnya, nilai yang terkandung dalam motto tersebut luhur dan diharapkan menjadi cerminan akhlak civitas akademika.
Kepada segenap civitas akademika IAIN Parepare dan IAIN Bone, Menag mengajak untuk menangkap esensi ajaran Islam dengan melestarikan budaya serta mendoakan para pendahulu, orang tua, guru dan ulama yang telah mewariskan tradisi luhur dan kebajikan seperti dirasakan saat ini.
Menurut Menag, Islam di Indonesia pada dasarnya proses dari akulturasi. Agama dan budaya bukan untuk diperdebatkan dan dipertentangkan. “Agama membutuhkan wadah dan itulah budaya. Sebagaimana budaya untuk kita jaga dan rawat agar esensi dan substansial agama itu tetap terpelihara,” kata Menag dilansir FAJAR PENDIDIKAN di laman Kemenag RI, Selasa (20/11/2018).
“Poinnya bahwa perlu mempercepat membawa umat kepada pemahaman yang esensial dan subtansial dengan memanusiakan manusia,” sambungnya.
Mahasiswa, lanjut Menag, merupakan komunitas terdidik, terpelajar, dan mestinya berdiri paling depan dalam mengawal nilai Islam di seluruh nusantara agar menjadi rahmat bagi semesta
Reporter: Abustan