Mama sudah kehabisan cara untuk membujuk si kecil mencoba makanan baru? Tenang, Mama tidak sendirian! Ada metode yang dapat membantu mengatasi masalah ini dengan lebih efektif: food chaining.
Perjalanan menjadi orang tua memang penuh tantangan, terutama ketika berhadapan dengan si picky eater. Sering kali, usaha untuk membujuk si kecil mencoba makanan baru berujung pada frustrasi.
Food chaining adalah metode untuk memperkenalkan makanan baru kepada anak secara perlahan dan bertahap. Konsep ini diperkenalkan oleh terapis okupasi seperti Cheri Fraker, Mark Fishbein, dan Sibyl Cox, yang berspesialisasi dalam menangani masalah pemberian makanan pada anak. Mereka merancang untuk membantu anak-anak memperluas “vokabuler” makanan mereka.
Dengan food chaining, orang tua bisa membuat perubahan kecil pada makanan yang disajikan, seperti ukuran, bentuk, atau tekstur, untuk secara perlahan meningkatkan keberanian anak dalam mencoba variasi makanan baru.
Caranya adalah dengan mengaitkan makanan baru dengan makanan serupa yang sudah disukai anak. Kemudian, Mama bisa melakukan perubahan kecil pada ukuran, bentuk, warna, tekstur, atau rasa makanan. Dengan begitu, anak akan lebih mudah menerima variasi makanan baru yang lebih sehat.
Salah satu keunggulannya adalah penyesuaian proses sesuai dengan preferensi anak, sehingga Mama tidak perlu merasa frustrasi.
Cara Melakukan Food Chaining
Konsep food chaining mungkin terdengar rumit, tetapi tenang, Mama! Berikut adalah panduan sederhana untuk menerapkannya.
Mulai dengan Makanan Favorit
Temukan makanan favorit si kecil. Misalnya, jika anak Mama suka nasi dengan telur dadar tetapi menolak sayur dan protein lain, gunakan telur dadar sebagai titik awal.
Perkenalkan Variasi Kecil
Selanjutnya, buat sedikit modifikasi pada makanan favorit tersebut. Tambahkan bahan yang memiliki tekstur atau warna serupa, seperti parutan keju atau wortel. Ini membantu anak merasa lebih nyaman dengan perubahan yang tidak terlalu mencolok.
Perluas Food Chaining
Setelah anak menerima versi modifikasi, secara bertahap lakukan perubahan lain. Misalnya, potong wortel lebih besar, tambahkan daging ayam giling, atau coba jenis sayuran baru. Pastikan untuk menyebutnya tetap sebagai “telur dadar” meski ada variasi.
Hubungkan dengan Makanan Baru
Ketika anak sudah terbiasa dengan modifikasi, mulai hubungkan ke makanan baru yang memiliki karakteristik mirip. Misalnya, setelah omelette sayur, tawarkan cap cay atau sup sayur.
Rayakan Kemenangan Kecil
Ingat, setiap penerimaan terhadap makanan baru adalah kemenangan! Apresiasi keberanian dan rasa ingin tahu anak untuk mencoba hal-hal baru. Jika mereka belum siap, ulangi proses ini secara perlahan.
Semoga panduan ini membantu Mama dalam menerapkan food chaining! (*)