PALU – Desa Peleru di Kabupaten Morowali Utara kini tak lagi sepi seperti 18 tahun silam saat PT Rimbunan Alam Sentosa (PT RAS), anak usaha Grup Astra Agro Lestari, mulai mengembangkan perkebunan kelapa sawit di wilayah tersebut. Jalanan yang dulunya tanah merah kini telah beraspal, sementara gerobak sapi sebagai alat transportasi tradisional mulai tergantikan oleh kendaraan bermotor yang kerap melintas.
Muhammad Zakir, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Peleru, mengungkapkan perubahan signifikan sejak perusahaan itu hadir pada 2007. “Dulu, untuk ke pusat ekonomi di Desa Taliwan kami harus membayar Rp20.000 naik rakit melintasi sungai. Itu sangat mahal di masa itu,” ujar Zakir, yang juga petani cokelat dan peternak sapi.
Pembangunan infrastruktur oleh PT RAS, seperti jembatan besi dan kayu, telah memangkas waktu perjalanan ke Desa Taliwan—pusat ekonomi terdekat—dari beberapa jam menjadi hanya 30 menit. Kini, warga memiliki peluang berdagang hasil kebun yang sebelumnya hanya dikonsumsi sendiri.
Selain membuka akses ekonomi, keberadaan perusahaan ini juga mempermudah warga untuk mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan. Sekolah menengah dan fasilitas kesehatan yang sebelumnya sulit dijangkau kini lebih mudah diakses.
“Kalau tidak ada PT RAS, Desa Peleru mungkin masih masuk kategori desa tertinggal,” kata Zakir. Sebagai perbandingan, perjalanan dari Desa Peleru ke Kantor Bupati Morowali Utara di Kolonodale kini hanya memakan waktu 2 jam 45 menit, jauh lebih singkat dibandingkan satu hari penuh sebelum infrastruktur dibangun.
Zakir menambahkan, kehadiran PT RAS membuat warga Desa Peleru benar-benar merasakan makna kemerdekaan. “Indonesia memang merdeka sejak 1945, tapi bagi kami, kemerdekaan baru terasa setelah perusahaan ini masuk,” pungkasnya.
Dengan segala perubahan yang terjadi, Desa Peleru menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara dunia usaha dan masyarakat mampu meningkatkan taraf hidup warga desa.(RN)