Analisis Politik Perang Rusia Ukraina

Sesungguhnya, perang Rusia – Ukraina bukanlah untuk Islam, tidak dilakukan untuk dan atas nama Islam, karena itu umat Islam tidak boleh terjebak dalam narasi dukung mendukung apalagi berperang dibawah panji keduanya.

Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Konflik tersebut, perlu untuk dipahami secara lebih dalam, agar peluang dan tantangan yang tercipta karena konflik ini dapat dimanfaatkan oleh umat Islam dengan sebaik-baiknya.

Memang benar, baik di Rusia maupun di Ukraina terdapat kaum muslimin. Mereka, tunduk dibawah kekuasaan kufur, baik langsung maupun tidak langsung terdampak oleh perang. Keadaan inilah, yang membuat urgensi kaum muslimin memiliki entitas negara sendiri yang benar-benar tegak lurus diatas manhaj al Qur’an dan as Sunnah, yang memiliki visi menerapkan Islam dan menjaga setiap tetes darah dan kemuliaan umat Islam.

Untuk memahami konstelasi politik perang Rusia – Ukraina, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pasca runtuhnya Uni Soviet, Rusia sebagai pewaris tahta kedigdayaan Soviet tetap memiliki ambisi menjadi negara besar dunia, dan menetapkan politik luar negeri yang membangun dan mempertahankan kedigdayaan di negara kawasan bekas wilayah Uni Soviet. Rusia terus menancapkan cengkeraman kekuasaannya di
Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina dan Uzbekistan.

2. Seluruh konflik di negara bekas Uni Soviet, termasuk kekejaman rezim tiran di negara eks uni Soviet tidak pernah lepas dari kontrol Rusia. *Kekejian rezim laknat Islam Karimove di Uzbekistan yang menetapkan kebijakan represif terhadap umar Islam tidak lepas dari sokongan Rusia.*

3. Rusia melihat Ukraina dalam konflik perang ini, sebagai Negara strategis dan perlu untuk diamankan, disebabkan :

*Pertama,* Ukraina secara geografis merupakan benteng pertahanan Rusia terluar, yang menghubungkan dengan Wilayah Eropa dan laut terbuka. Ukraina adalah wilayah strategis pertanahan Rusia dari ancaman luar negeri. Wilayah Ukraina dapat menjadi pintu masuk darat dan laut, untuk memobilisasi pasukan guna kepentingan invasi terhadap Rusia.

- Iklan -

Doktrin pertahanan militer, selalu berorientasi untuk menutup celah serangan musuh secara langsung. Ukraine adalah benteng alamiah bagi Rusia, sebelum Rusia benar-benar diserang oleh musuh. Rusia seperti sedang menerapkan doktrin ‘Monroe Amerika’, yang intinya tidak mentolerir sedikitpun peluang invasi negara asing terhadap Rusia melalui pintu Ukraina.

*Kedua,* Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO atau menjadi mitra koalisi strategis NATO, karena ini akan menjadi sarana strategis Amerika Serikat untuk mengontrol negara-negara kawasan yang berpotensial memeloroti kekuasaan Rusia atas negara-negara kawasan eks Uni Soviet.

Sebagaimana diketahui, pasca bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, Pakta Warsawa juga bubar. Namun NATO yang dibentuk untuk mengimbangi Pakta Warsawa tidak ikut dibubarkan. NATO tetap dipertahankan oleh Amerika untuk menjadi sarana intervensi secara militer, guna mendukung kebijakan imperialisme Amerika.

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

*Ketiga,* Ukraina merupakan prototipe pembangkangan negara eks Soviet, oleh karena itu Rusia berkepentingan untuk segera ‘mendisiplinkannya’ agar tidak mempengaruhi wibawa Rusia dihadapan negara-negara eks Soviet lainnya.

Kehadiran pasukan Chechnya yang membantu Rusia dalam invasinya mengkonfirmasi hal itu. Pengerahan pasukan Chechnya tidak lepas dari intervensi Rusia terhadap negara-negara satelit eks Soviet yang ada pada kendali Rusia.

*Keempat,* Ukraina merupakan jalur penghubung kegiatan ekonomi yang penting, dari dan keluar Rusia, terutama yang menghubungkan Rusia ke kawasan Eropa. Selain benteng pertahanan strategis, Ukraina juga merupakan kawasan strategis bagi kepentingan Ekonomi Rusia. Jika Negara ini jatuh dibawah kendali NATO (baca : Amerika), sudah pasti keuntungan ekonomi yang ada di kawasan, baik sumber bahan baku maupun market akan dikuasai Amerika.

Sebagaimana diketahui, dalam sejumlah isu internasional, Amerika selalu memanfaatkan NATO sebagai alat intervensi, menjadi preman yang menjaga kawasan pasar Amerika, yang menyebabkan Amerika dapat mengendalikan harga bahan baku berupa sumber daya alam dan harga barang industri sesuai dengan politik ekonomi Amerika, yakni : Mengeksploitasi negara jajahan, menjadikannya sumber bahan baku sekaligus pasar bagi produk industri Amerika, dimana Amerika akan menjadi pihak yang memiliki otoritas untuk mengendalikan harga dengan jaminan keamanan dari NATO.

*Kelima,* perang Rusia Ukraina juga dijadikan sebagai ajang unjuk gigi Rusia kepada dunia terutama kepada rival politiknya America dan NATO, bahwa Rusia kini adalah negara yang memiliki kekuatan militer yang tidak bisa dianggap remeh. Rusia kini telah bangkit, bahkan akan menyamai Uni Soviet dulu.

Rusia perlu unjuk gigi, agar negara-negara besar bukan hanya Amerika, termasuk Jerman, Perancis dan Inggris, wajib tahu bahwa mereka tidak boleh meremehkan Rusia. Meskipun tidak murni mewakilinya idelogi sosialisme di era Soviet, namun Rusia bersama China, Korea Utara, sejumlah negara beraliran Syiah seperti Iran dan Suriah, berada satu kubu bertentangan dengan kubu kapitalisme dibawah kepemimpinan Amerika, Inggris, Perancis dan Jerman.

4. Adapun Amerika hanya berusaha ‘menggoda’ Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan tidak benar-benar mendukung Ukraina berperang melawan Rusia. Terbukti, hingga hari ke-lima perang berkecamuk, tidak ada satupun tentara atau pesawat militer Amerika yang digunakan untuk menyerang Rusia. Amerika hanya melakukan sejumlah manuver gimmick, sekedar untuk menipu dunia seolah-olah Amerika peduli terhadap Ukraina.

Strategi politik Amerika dalam konflik Rusia – Ukraina adalah sebagai berikut :

Baca Juga:  Kisah Perang Tiga Raja yang Meruntuhkan Imperium Portugal

*Pertama,* Amerika hanyalah menimbulkan ketegangan di kawasan untuk tujuan melemahkan Rusia. Bagi Amerika, perang ini menguntungkan sebab siapapun yang menang, kawasan ini akan menjadi lemah sehingga memungkinkan Amerika untuk melakukan penetrasi wilayah dan mengintensifkan pengaruhnya di negara-negara eks uni Soviet.

*Kedua,* Amerika hanya akan bergerak dibalik layar, dengan tetap memprovokasi keadaan untuk menciptakan market senjata. Selanjutnya, Amerika akan jualan senjata kepada Ukraina untuk melawan Rusia. Dalam perspektif ini, Amerika benar-benar yang diuntungkan.

*Ketiga,* Amerika tidak terlalu berambisi menjadikan Ukraina sebagai anggota NATO karena Ukraina juga membagi loyalitasnya kepada Uni Eropa. Terbukti, belum juga perang berakhir, Ukraina mengirimkan surat permohonan untuk menjadi negara anggota Uni Eropa.

*Keempat,* Amerika yang mengadopsi doktrin Monroe merasa tidak terlalu penting untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina, karena tidak terkait dengan kepentingan nasional Amerika dan bukan ancaman keamanan strategis Amerika. Amerika hanya akan mensuplai senjata Ukraina, dan memanfaatkan situasi ini untuk mengisolasi Rusia dari dunia internasional, menekannya dengan sejumlah sanksi ekonomi.

*Kelima,* imperialisme Amerika sebagai negara penganut ideologi kapitalisme, hanya memanfaatkan situasi di kawasan eks Soviet untuk kepentingan imperialisme dengan model baru (Neo Imperialisme). Selama ini, kerakusan idelogi kapitalisme lah yang telah menghalalkan sejumlah perang pecah diberbagai belahan negeri dan menimbulkan penderitaan dunia.

5. Inilah, kondisi yang terjadi dalam perang Rusia – Ukraina. Karena kepentingan berbeda, Amerika dan Rusia bermusuhan dalam isu Ukraina. Berbeda dengan kasus pembantaian umat Islam di Suriah.

*Di Suriah, Amerika dan Rusia bekerja sama membantu rezim Syi’ah Nusyairiyah Bashar Assad laknatullah, untuk membantai kaum muslimin di sana.* Amerika berperan melegitimasi pembantaian dengan narasi terorisme, sementara Rusia membantu dengan intervensi militer secara langsung, mengirimkan sejumlah pesawat tempur untuk membombardir kaum muslimin di Suriah.

6. Karena itu, *kaum muslimin tidak perlu berpihak pada Rusia atau Amerika, karena keduanya negara kafir imperialis yang selama ini berbuat zalim terhadap umat Islam.* Sebaliknya, umat Islam wajib mengintensifkan perjuangan penegakan Khilafah, ditengah konsentrasi barat dan Amerika termasuk Rusia terpecah, karena isu Ukraina. Inilah, *saatnya seluruh kaum muslimin bersinergi, untuk menentukan satu wilayah yang akan dijadikan titik tolak tegaknya daulah Khilafah.*

Selanjutnya, dengan Khilafah kaum muslimin akan menerapkan syariat Islam, menerapkan hukum Allah SWT, menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru alam, dan akan berperang dalam jihad dibawah naungan panji-panji Islam. Sesungguhnya, Allah SWT maha berkehendak dan maha menolong hamba-Nya. [].

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU