Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id-Pentas Anggota Baru Ta’aruf Alam TA XIX To Manurung Bengkel Satra akan diadakan di Auditorium Amanagappa, Universitas Negeri Makassar, pada 4 Februari 2020. Kegiatan itu akan mengangkat sejarah yang ada di beberapa daerah di Sulawesi Selatan sekaligus menambah pengetahuan penonton nantinya.
“Pementasan kali ini mengangkat tema “Perdaban Baru”. Tema itu diangkat untuk merespon lingkungan sekarang yang banyak mengubah karakter dan spirit budaya lokal masyarakat sekarang. Untuk itu adanya pementasan ini untuk mempertahankan kembali karakter dan spirit budaya lokal yang hampir punah dan ditelan zaman,” kata Sulfiani, Kepala Suku Bengkel Sastra Angkatan 2016.
Kemajuan pengetahuan terutama dibidang teknologi, informasi dan komunikasi kata Sulfiani telah banyak mengubah karakter masyarakat dan budaya. Karena itu ia dan anggota baru Ta’aruf Alam TA XIX To Manurung Bengkel, mencoba memperlihatkan perubahan tersebut dengan manyajikan demikian banyak pesona, namun disisi lain menimbulkan keprihatinan.
“Pementasan ini juga merupakan hasil cipta, karya, garapan dan produksi anggota baru bengkel sastra. Banyak proses yang harus dilalui sebelum sampai pada tahap ini, proses ini merupakan tahap akhir dari proses Anggota Baru yang satu tahun lalu dimulai dari perekrutan. Setelah perekrutan ada kelas tutorial yaitu penerimaan materi yang di dalamnya meliputi elaborasi tema,metodologi penelitian, materi penciptaan dan hasil dari itupun diseminarkan,” kata Sulfiani.
Kegiatan itu juga akan dirangkaikan dengan seminar anggota baru, kemudian dilanjutkan dengan penerimaan materi produksi yaitu Workhshop PAB, kemudian masuk penggarapan yang beriringan dengan produksi, sampailah pada tahap sekarang yaitu pentas anggota baru.
“Tahapan pementasan ini dimulai dari tahap observasi langsung, membuat karya berupa narasi, puisi, cerpen, dan naskah drama yang selanjutnya di garap untuk dipentaskan. Karya yang mereka buat sendiripun selanjutnya digarap langsung oleh anggota baru,” jelas Sulfiani.
Pementasan ini juga akan mempersembahakan beberapa pementasan yaitu penampilan dari Adat Sastra, Adat Tari, Adat Teater dan Adat Musik.
Wahyuni salah satu pendamping adat tari mengutarakan bahwa tahapan di adat tari, dimulai dari olah tubuh, eksplorasi gerak, penuangan cerpen dalam bentuk gerakan sesuai dengan konsep tarian, penyesuaian gerak dengan musik, terakhir pemilihan kostum dan make up.
Hal senada juga dikatakan Mahmudin, pendamping Adat Musik mengungkapkan, Adat musik Bengkel Sastra, terutama diproses anggota baru, selain menekankan proses latihan juga menekankan pentingnya manajerial.
“Anggota baru adat musik diharapkan bisa mengatur adat selain adat musik di bengkel sastra dari segi musik pengiring dan mengolah dirinya masing-masing serta bisa menjadi leadership di keanggotaan bengkel sastra,” harap Mahmudin.
Pada pentas anggota baru ini, adat musik mementaskan dua garapannya yang dimulai dari proses observasi kemudian membuat karya sastra dan menggarap karya sastra yang telah dibuat sebelumnya kedalam bentuk permentasan musik. Garapan tersebut berjudul “Takdirku” dan “Setitik Cahaya”.
Zulkifli, pendamping dari adat sastra menambahkan bahwa Adat Sastra memulai penggarapan, dari pembagian paket pementasan, olah tubuh dalam hal ini memfokuskan pada olah vokal mimik dan rasa, penghafalan naskah, dan terakhir latihan pembacaan. Adat sastra akan mementaskan 3 paket pementasan.
“Paket pertama rampak puisi dengan judul “DOA”. Paket kedua Spoken Poetry berjudul ‘Kepatihan dalam lekuk tubuhku’, dan paket ketiga dari adat sastra yaitu Musik dan Puisi yang berjudul “Lintas Nalar dalam Kekuasaan,” kata Zulkifli.
Febriana, yang bertanggung jawab pada adat Teater menambakan bahwa penggarapan adat teater dimulai dari perampungan karya, casting, dramatig reading, bloking, cut to cut dan kemudian rantru. “Setiap kegiatan tiap harinya diawali dengan olah tubuh, olah vokal, olah mimik, dan olah rasa. Pementasan teater kali ini akan mementaskan naskah yang berjudul “Stigma di atas Kuasa”,” ujar Febriana. [*]