Oleh: Asnawin Aminuddin
(Mahasiswa S2 Ilmu Pemerintahan Universitas Pancasakti Makassar)
Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, baru-baru ini menunjukkan sikap yang patut dicontoh dalam dunia politik dengan menolak tawaran dari partai politik (parpol) untuk diusung sebagai calon Gubernur Jawa Barat.
Langkah ini menegaskan komitmennya terhadap prinsip dan aspirasi publik yang nyata, serta menampilkan sikap elegan yang menambah penghormatan terhadap dirinya sebagai tokoh politik.
Anies Baswedan mengambil keputusan berani dengan menolak tawaran dari parpol yang ingin mengusungnya sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Keputusan ini diambil karena Anies merasa tidak ada aspirasi kuat dari masyarakat Jawa Barat yang meminta beliau untuk memimpin provinsi tersebut. Dalam pandangannya, jabatan publik harus diemban berdasarkan kebutuhan dan keinginan rakyat, bukan sekadar sebagai langkah politik pragmatis.
Sikap ini menunjukkan integritas Anies sebagai seorang pemimpin yang memprioritaskan aspirasi masyarakat dibandingkan ambisi politik pribadi. Dengan menolak tawaran tersebut, Anies menegaskan bahwa kepemimpinan harus lahir dari permintaan dan dukungan masyarakat, bukan hanya sekedar keputusan partai.
Perbedaan yang mencolok terjadi antara sikap masyarakat Jakarta dan Jawa Barat terhadap Anies Baswedan. Setelah sukses memimpin DKI Jakarta selama lima tahun, banyak warga Jakarta dari berbagai kalangan menginginkan Anies kembali memimpin ibu kota. Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan Anies selama periode lalu telah meninggalkan jejak positif di hati masyarakat Jakarta.
Namun, meskipun ada dorongan kuat dari masyarakat Jakarta untuk melihat Anies kembali sebagai Gubernur, partai politik yang sebelumnya dikaitkan dengan dukungan Anies, yakni PDIP, malah memilih untuk mengusung calon yang tidak begitu dikenal publik Jakarta.
PDIP mengusung Pramono Anung sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, berpasangan dengan Rano Karno sebagai calon Wakil Gubernur. Pilihan ini mengejutkan banyak pihak karena Pramono Anung tidak identik dengan Jakarta dan sebelumnya merupakan Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Timur.
Keputusan PDIP untuk mengusung Pramono Anung, meskipun sebelumnya Anies telah hadir di Kantor DPP PDIP dengan harapan mendapatkan rekomendasi, mengecewakan banyak pihak. Foto-foto Anies yang duduk berdua dengan Rano Karno serta penampilannya yang mengenakan batik merah PDIP seakan memberikan harapan palsu yang akhirnya tidak terealisasi.
Namun, Anies Baswedan menunjukkan kelasnya dengan tetap tegar dan mendoakan agar Pilkada DKI Jakarta berjalan baik dan mendapatkan pemimpin yang terbaik. Meskipun merasa diperlakukan tidak adil, Anies memilih untuk tetap menunjukkan sikap positif dan mendukung proses demokrasi yang sehat.
Keputusan Anies Baswedan untuk menolak tawaran sebagai calon Gubernur Jawa Barat bukan hanya menunjukkan integritasnya, melainkan juga mengembalikan wibawanya sebagai tokoh yang elegan dan berprinsip. Keputusan ini mendapatkan banyak pujian dari berbagai kalangan yang menghargai sikapnya yang berani dan jujur.
Sebagai seorang akademisi terkemuka, Anies Baswedan memiliki latar belakang yang mengesankan dalam dunia pendidikan dan pemerintahan.
Beliau adalah seorang profesor, mantan rektor Universitas Paramadina, serta mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pengalaman dan kompetensinya dalam bidang pendidikan dan pemerintahan menjadikannya sosok yang sangat dihormati. Selain itu, Anies juga pernah mencalonkan diri sebagai Presiden RI, yang menambah lapisan kompleksitas dalam perjalanan karier politiknya.
Anies Baswedan, dengan segala keputusan dan sikapnya, telah menunjukkan kepada publik bahwa politik tidak hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang prinsip, aspirasi rakyat, dan integritas pribadi.
Dengan berbagai pengalaman dan kontribusinya di berbagai bidang, Anies tetap menjadi tokoh yang banyak dihargai dan diharapkan akan terus memberikan inspirasi serta kontribusi positif di masa depan. (*)