Anyer dan Pesan Singkat Ayah

“Hana… Cepat kesini, Nak. Ayo tinggalkan tempat ini.” Sekali lagi Ibu teriak seraya menghampiriku dan menarik lenganku cukup keras, adik masih terus menangis. Entah ia menangis acara TV atau melihat keadaan yang semakin kacau.

Air mataku pun mulai turun membasahi pipi, membayangkan apa yang terjadi dengan Ayah juga pejuang rezeki lainya disana.

“Bu, Ayah…” Tangisku terisak, menatap mata Ibu yang juga pasrah.

“Biarkan Allah yang menjaga Ayah, ayo kita pergi.” Kakiku lemas untuk dibawa berlari, berkali-kali aku terjatuh dan Ibu menopangku dengan sebelah tangannya yang menggendong adik, tak kunjung tenang ketakutan.

Semua orang berlari, teriak, menangis ketika air laut itu perlahan menghantam pepohonan, menyapu warung-warung kecil, menerobos tembok-tembok kokoh.

Jeritan demi jeritan pun mulai terdengar dari mereka kehilangan sosok orang tersayang, termaksud aku dengan keluargaku. Aku berhasil berlari tertatih menapaki tempat yang lebih tinggi.

Tangisku semakin kencang ketika melihat semua sudah hancur berantakan, kapal-kapal terguling, rumah-rumah hancur oleh kerasnya air tsunami itu.

“Ayah…Ayah, Bu.” Penyesalanku tiba setelah mengingat kembali pesan dan senyum simpul Ayah saat ku suguhkan kopi itu.

“Semoga Allah jaga Ayah di sana.” Kata Ibu yang berusaha terlihat tegar.

- Iklan -

Aku tak menyangka ucapan singkat Ayah untuk aku belajar dan menjaga adikku baik-baik adalah pesan terakhirnya setelah air raksasa itu menenggelamkannya.

Tak pernah ada pesan sesingkat dan semakna itu, tak pernah ada senyum selepas dan sebahagia itu.

Ayah pergi di tempat yang telah memberi ia banyak kenangan, katanya Anyer tempat yang indah untuk merasakan syukur akan nikmat yang diberikan Allah.

Selamat tinggal Ayah, Anyer dan pesan singkat Ayah menjadi harapanku untuk tetap melanjutkan hidup dan memberikan kebahagian Ibu serta Adik atas nama Ayah.

 Penulis: Fitri Ani

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU