Dalam bahasa Inggris, sebenarnya asal usul istilah “Baik” masih diperdebatkan. Beberapa orang percaya bahwa nama itu berkembang dari nama yang lebih tua, “Jumat Tuhan.”
Terlepas dari asal usulnya, nama Jumat Agung sepenuhnya tepat karena penderitaan dan kematian Yesus yang mengerikan seperti itu, menandai puncak dramatis dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.
Agar kabar baik Injil memiliki arti bagi kita, pertama-tama kita harus memahami kabar buruk tentang kondisi kita sebagai orang berdosa di bawah penghukuman. Kabar baik tentang pembebasan hanya masuk akal setelah kita melihat bagaimana kita diperbudak.
Cara lain untuk mengatakan hal ini adalah bahwa penting untuk memahami dan membedakan antara hukum dan Injil dalam Kitab Suci.
Kita membutuhkan hukum terlebih dahulu untuk menunjukkan kepada kita betapa buruknya kondisi kita, kemudian kasih karunia Yesus datang dan memberi kita kelegaan dan keselamatan.
Dengan cara yang sama, Jumat Agung adalah “baik” karena seburuk hari itu, itu harus terjadi bagi kita untuk menerima sukacita Paskah. Murka Allah terhadap dosa harus dicurahkan ke atas Yesus, pengganti korban yang sempurna, agar pengampunan dan keselamatan dicurahkan kepada bangsa-bangsa.
Tanpa hari penderitaan, kesedihan, dan penumpahan darah yang mengerikan di kayu salib itu, Allah tidak dapat menjadi “adil dan pembenar” bagi mereka yang percaya kepada Yesus (Roma 3:26).
Secara paradok, hari yang tampaknya merupakan kemenangan terbesar dari suatu kejahatan manusia karena menyalibkan Yesus, sebenarnya adalah pukulan maut dalam rencana mulia Allah yang baik untuk menebus dunia dari perbudakan dosa.
Salib adalah tempat kita melihat konvergensi penderitaan besar dan pengampunan Tuhan. Salib Yesus adalah tempat terjadinya di mana tuntutan Allah, kebenaran-Nya, bertepatan dengan belas kasihan-Nya.
Kita menerima pengampunan, belas kasihan, dan kedamaian ilahi karena Yesus dengan rela menanggung hukuman ilahi kita, hasil dari kebenaran Allah terhadap dosa.