Meskipun demikian, masih banyak kalangan guru, tendik, maupun kepala sekolah yang bertanya-tanya tentang Kurikulum Merdeka ini.
Karakterstik Utama Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka disebut-sebut sebagai nama pengganti dari kurikulum prototipe. Kabarnya, Kurikulum Merdeka terbuka untuk digunakan di seluruh satuan pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan.
Kurikulum Merdeka memiliki tiga karakteristik utama sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran. Tiga karakteristik utama seperi yang dilansir dari laman resmi kemdikbud adalah sebagai berikut.
- Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila.
- Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Hingga sekarang Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan diberbagai satuan pendidikan di 34 rovinsi dan 250 Kabupaten/Kota. Kurikulum Merdeka juga membuka pendaftaran bagi satuan pendidikan untuk menerapkannya. Bagi satuan pendidikan yang hendak mendaftar, silakan kunjungi laman https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/
Sederhana, Mudah Dipahami, dan Diimplementasikan
Prinsip kerja perancangan kurikulum yang pertama adalah sederhana. Maksudnya, rancangan kurikulum perlu mudah dipahami dan diimplementasikan. Berikut adalah poin-poin utama yang diperhatikan dengan merujuk pada prinsip ini sesuai dengan kajian akademik kurikulum pemulihan pembelajaran.
1. Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang telah diatur sebelumnya
Perubahan sedapat mungkin hanya ditujukan untuk hal-hal yang sememangnya dinilai perlu diubah. Artinya, perubahan tidak dilakukan sekadar untuk membedakan dari rancangan sebelumnya (misalnya atas alasan memberikan warna baru semata).
Dengan demikian, beberapa aspek dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya merupakan kelanjutan saja dari Kurikulum 2013 atau bahkan kurikulum yang sebelumnya. Perubahan yang tidak drastis akan membantu memudahkan proses implementasi atau proses belajar guru.
Prinsip ini juga membantu perancang untuk mengidentifikasi lebih jeli tentang apa yang sebenarnya memang perlu diubah, sebelum menawarkan ide-ide baru dalam perancangan kurikulum.
2. Rancangan yang logis dan jelas
Rancangan yang logis dan jelas juga merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa rancangan kurikulum cukup sederhana untuk dipahami dengan mudah terutama oleh pemangku kepentingan yang utama, yaitu guru.
Meskipun guru sudah memahami adanya masalah yang perlu diatasi melalui perubahan kebijakan, kadang penolakan terhadap kebijakan tersebut terjadi. Karena guru tidak memahami arah perubahannya atau menganggapnya terlalu sulit untuk diimplementasikan dalam konteks mereka.
Oleh karena itu, konteks dan situasi di mana kurikulum tersebut akan diimplementasikan adalah informasi yang sangat berharga bagi perancang kurikulum.
3. Beragam dukungan dan bantuan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
Beragam dukungan dan bantuan untuk mengimplementasikan kurikulum perlu disediakan, terutama ketika perubahan kurikulum cukup kompleks. Sebagai contoh, kurikulum operasional yang digunakan satuan pendidikan dikuatkan kembali dalam Kurikulum Merdeka.
Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga menekankan pentingnya pengembangan kurikulum yang lebih konkrit dan operasional di setiap satuan pendidikan.
Namun demikian, kebijakan tersebut kemudian digantikan oleh Kurikulum 2013 berdasarkan evaluasi bahwa banyak sekolah di Indonesia kesulitan dalam mengembangkan kurikulum yang otentik (Kemendikbud, 2019).
Hal ini cukup disayangkan mengingat untuk negara besar dan beragam seperti Indonesia. Kurikulum operasional yang cenderung seragam untuk semua satuan pendidikan tidak sesuai.
Oleh karena itu, ketika kurikulum operasional ini kembali dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka, Pemerintah perlu memberikan bantuan kepada satuan pendidikan agar mereka dapat mengembangkannya.
Dengan demikian, prinsip perubahan yang sederhana ini bukan berarti kurikulum yang dirancang harus seminimal mungkin perbedaannya dengan kurikulum yang lalu.
Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan besar perlu dilakukan, yang perlu disiapkan adalah bantuan dan dukungan bagi pendidik dan satuan pendidikan untuk dapat mengimplementasikannya dengan lebih mudah dan efektif.