Apa Itu Kurikulum Prototype dan Kurikulum Darurat yang Akan Diterapkan di Tahun 2022 – 2024?

Badan Standart, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan kini memberikan opsi kurikulum baru untuk pelajar Indonesia yaitu Kurikulum Prototype dan Kurikulum Darurat.

Setelah pandemi yang melanda kemudian muncul gagasan opsi kurikulum yang sebelumnya kurikulum 2013 menjadi bertambah dengan Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototype sebagai opsi bagi semua satuan pendidikan.

Dilansir website Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), jenis kurikulum baru yang telah dirancang mulai bulan November kemudian telah diresmikan.

Kurikulum Darurat

Efektif memitigasi learning loss karena membantu guru untuk fokus pada materi esensial dan menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam untuk mengembangkan karakter dan kompetensi dasar.

Baca Juga:  8 Cara agar Anak Percaya Diri di Sekolah

Penyederhanaan tergambar pada jumlah kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengalami penurunan antara 42% (SMA peminatan) sampai 68% (SMP).

Data kualitatif mengkonfirmasi bahwa guru merasa terbantu untuk melihat materi yang esensial, sehingga bisa merancang dan menerapkan pembelajaran yang lebih baik.

Modul literasi-numerasi dari Kemendikbudristek juga sering disebutkan sebagai alat bantu yang bermanfaat untuk penerapan kurikulum.

Kurikulum Prototype

Yaitu kurikulum yang diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.

Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.

- Iklan -

Kurikulum prototype mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

Baca Juga:  Mendikdasmen Ajak Para Guru Wujudkan Pendidikan Bermutu

Kurikulum prototype memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran:

  1. Pengembangan soft skills dan karakter (akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan, kemandirian, nalar kritis, kreativitas) mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis projek.
  2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
  3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU