Apalagi Setelah Ramadan? (2)

Rasulullah mengajurkan kepada kita untuk berpuasa 6 hari di bulan Syawal. Dalam sabdanya, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa sepanjang tahun” (HR Muslim).

Selain itu juga, ada puasa Senin – Kamis. Ada puasa 3 hari, al ayyam al bidh, pada tanggal 13, 14 15 setiap bulan. Dan ada beberapa puasa sunnah yang lain.

Rasulullah SAW juga menganjurkan agar kita melakukan salat malam sepanjang tahun. Tidak hanya di bulan Ramadan.

Baginda Nabi bersanda, “Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun malam, kemudian ia salat, dan membangunkan istrinya. Jika isterinya menolak ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun malam, kemudian ia salat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak, ia percikkan air ke wajahnya” (HR Abu Dawud).

Segerakanlah diri kita unruk terus berbuat baik, dan melakukan ketaatan. Mumpung kita masih muda. Kita memanfaatkan masa muda kita untuk berbuat baik, sebelum kita tua.

Selagi kita masih sehat, kita manfaatkan masa sehat kita, untuk berbuat baik sebelum kita sakit. Mumpung kita punya kesempatan, kita manfaatkan masa sempat kita untuk berbuat baik sebelum datang kesibukan dan kesempitan. Selagi kita hidup, kita manfaatkan masa hidup kita, untuk berbuat baik, sebelum kita mati.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Jumat, 15 November 2024: “Itu Bukan Urusanmu”

Dunia adalah, waktu untuk beramal. Dan akhirat adalah waktu untuk mempertanggungjawabkan amal. Penyesalan di akhirat, tiada guna dan tiada manfaat. Jangan sampai kita tergolong orang yang mengatakan di akhirat, “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam menunaikan kewajiban kepada Allah” (QS Az Zumar: 56).

Atau termasuk mereka yang ketika melihat adzab mengatakan, “seandainya aku dapat kembali ke dunia, niscaya aku termasuk orang-orang yang berbuat baik” (QS Az Zumar : 58).

Atau termasuk mereka yang ketika diadzab di neraka, mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari neraka, niscaya kami akan mengerjakan amal soleh yang berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan dahulu” (QS Al Fathir :37).

- Iklan -

Terus kerjakan yang Allah Wajibkan

Hendaklah kita senatiasa menjaga dan terus mengerjakan apa yang Allah wajibkan kepada kita. “Dalam hadist qudsi, Allah Taala berfirman, “Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai, dari pada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya” (HR Al Bukhari).

Jangan pernah meremehkan kebaikan sekecil apapun. Bukankah Rasulullah telah memerintahkan agar kita menjaga diri kita dari api neraka, walaupun hanya bersedekah separuh dari satu biji kurma.

Rasulullah SAW pernah menceriterakan kepada kita dalam sebuah hadist shahih riwayat Imam Muslim, mengenai seorang perempuan pezinah yang diampuni dosanya karena menolong seekor anjing yang sedang kehausan?

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Sabtu, 21 Desember 2024: Pengalaman atau Kebenaran yang Dinyatakan oleh Allah?

Jangan pula sekali kali kita meremehkan dosa dan maksiat, lalu kita melakulannya dengan dalih ini dosa kecil. Karena dosa kecil yang dilakukan terus menerus, dapat membuka jalan menuju dosa besar.

Dan dosa besar adalah peranntara menuju kekufuran. Seseorang yang melakulan dosa besar terus meneus dikhawatirkan nantinya akan mati dalam keadaan su’ul khorimah.

Rasulullah SAW bsrpesan, “jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil” (HR Thabarani).

Setelah Ramadan, marilah kita perkuat Iman dengan terus istiqomah berbuat kebaikan. Iman akan menguat seiring semakin banyaknya kebaikan yang dilakukan.

Iman akan melemah, seiring dengan semakin banyaknya maksiat yang dikerjakan. Sedikit yang dilakukan secara istiqomah, lebih baik dari pada banyak yang tidak diistiqomahkan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah, adalah yang dirutinkan meskipun hanya sedikit’ (HR Bukhari dan Muslim).

Terakhir, jangan pernah bosan dengan ilmu agama yang telah dipelajari. Setelah Ramadan, kita lanjutkan bermajelis ilmu Baginda Nabi SAW bersabda, “Seorang mukmin tidak semestinya merasa puas dengan kebaikan yang ia dengarkan hingga kehidupannya berujung masuk ke dalam surga” (HR Ibnu Hibban dan At Tirmidzi). (kultum/ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU