Asal Usul dan Sejarah Idul Adha, Turunnya Perintah Allah SWT Kepada Nabi Ibrahim

Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Ismail! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ke tempat ini hanya untuk menyembelihmu.

Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,” “Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku? ” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya. “Demi perintah Allah ! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.

Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa.

Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk MELEMPAR KERIKIL (JUMRAH) dalam ritual ibadah haji. Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

“Ia (Ismail menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar ” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya. Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan.Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Senin, 2 Desember 2024: Kesempurnaan Kristiani

Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu semakin menambah belasungkawa padaku. Dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulkan rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma’il.

Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim menjawab,“Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah adalah kau, wahai putraku tercinta!” Kemudian Nabi Ibrahim menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun Beliau tak mampu menggoresnya.

Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat mengetahui bahwa diriku taat kepada Allah dalam menjalani perintah semata-mata karena-Nya.” Nabi Ibrahim melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu Beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya.

- Iklan -

Namun Beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, Beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian.“Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu Ibrahim.

Baca Juga:  Firasat Rasulullah Akan Berpisah

Atas izin Allah, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah ? ” Allah berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)

Menurut satu riwayat, Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan Ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya.

Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah ,“Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha). (AH).

Sumber: “Kitab Misykatul Anwar”, karangan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali..”Kisah Orang-Orang Sabar””Sirah Para Nabi”. (ana).

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU