Definisi Minangkabau, Bahasa Minangkabau atau dalam bahasa asal, Baso Minang adalah sebuah bahasa Austronesia yang digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatra Barat, di barat Riau, Negeri Sembilan (Malaysia), dan juga oleh penduduk yang telah merantau ke daerah-daerah lain di Indonesia. Asal Usul Nama Minangkabau
Terdapat beberapa kontroversi mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu. Hal ini disebabkan kemiripan dalam tata bahasa mereka. Ada pendapat yang mengatakan bahasa Minangkabau sebenarnya adalah dialek lain dari bahasa Melayu, sedangkan pendapat lain mengatakan bahasa Minangkabau adalah sebuah bahasa dan bukan sebuah dialek.
Secara garis besar, daerah pemakaian bahasa Minangkabau dibedakan dalam dua daerah besar, yaitu daerah /a/ dan daerah /o/.
Asal Usul Nama Minangkabau
Asal-usul Penamaan
Kata dari Minangkabau memiliki pengertian yang beragam. Kata ini tak saja merujuk pada nama sebuah kampung yang berada pada kecematan Sungayang kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tetapi merujuk juga pada entitas dari suatu suku, budaya dan bahasa. Dilihat dari geografis, Minangkabau terdiri atas daratan Sumatera Barat, bagian barat Jambi, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, barat daya Aceh, pantai barat Sumatera Utara, dan Negeri Sembilan pada Malaysia.
Nama dari Minangkabau merupakan nama yang berasal dari kata manang, berarti menang serta kabau berarti kerbau. Nama tersebut diketahui berasal dari sejarah ditulis dalam Tambo. Kisah tersebut berawal ketika kerajaan Pagaruyung yang saat itu dipimpin oleh raja bernama Adityawarman, yang akan ditaklukan oleh pasukan dari Majapahit.
Guna mencegah terjadinya pertempuran, seorang dari penasehat raja mengusulkan untuk adu kerbau menjadi pengganti dari pertempuran. Apabia kerbau pihak raja kalah, kerajaan langsung diberikan kepada pasukan kerajaan Majapahit. Dan sebaliknya, kalau menang, pasukan kerajaan Majapahit agar kembali lagi ke Jawa. Pada akhirnya, ide penasehat itu disepakati oleh pasukan dari kerajaan Majapahit.
Singkat cerita, adu kerbau itu kemudian dimenangkan oleh kerajaan Pagaruyung. Dan kemenangan itu pun akhirnya menginspirasikan masyarakat untuk menggunakan nama Minangkabau, dari kata “manangkabau” yang mempunyai arti kerbau yang menang. Dalam rangka mengenang kemenangan itu, masyarakat kemudian membuat Rumah Gadang atau rangkiang yang desain atapnya berbentuk tanduk kerbau.
Keterangan Beberapa Ahli
Sebagian ahli sejarah mengemukakan jika nenek moyang orang Minangkabau itu dari bangsa Austronesia yang pada zaman dahulu bertempat tinggal di sekitar Yunan, wilayah Cina Selatan. Mereka masuk wiayah Nusantara dalam dua gelombang:
-
Zaman Batu Baru (Zaman Neolitikum) sekitar2000 SM.
Pada gelombang ini para ahli menyebut bangsa Melayu Tua (Proto Melayu). Dari bangsa ini berkembang menjadi suku Toraja, Nias, Dayak, Mentawai, Barak, Kubu dan lain sebagainya.
-
Gelombang kedua masuk pada 500 – 100 SM.
Pada gelombang ini dikenal dengan Melayu Muda (Deutero Melayu). Dari bangsa ini kemudian berkembang menjadi beberapa suku Minangkabau, Bugis, Makasar, Jawa dan lain sebagainya.
Agama Minangkabau
Saat ini mayoritas masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam. Sebelumnya adalah agama Budha akibat pengaruh kerajaan Sriwijaya. Masuknya Islam ke wilayah itu diperkirakan dari wilayah pesisir timur, yakni dari Inderagiri serta Arcat yang pada masa itu sebagai pelabuhan Minangkabau menuju pedalaman Minangkabau.
Dari sejarahnya, orang Minang mengalami perang saudara. Akibat dipicu konflik ulama dengan para pengikutnya yang bersikeras ingin menerapkan hukum Islam bersama dengan kaum adat. pertempuran itu dikenal dengan nama Perang Padri. Perang Padri merupakan perang saudara yang pertama terajdi di Asia Tenggara akibat konflik Agama.
Bahasa Minangkabau
Menurut salah satu sejarah, orang Minangkabau mempunyai bahasa mereka sendiri, dan bahkan bahasanya itu termasuk dalam rumpun dari bahasa Austronesia. Sejarah lain menyebut jika bahasa Minangkabau termasuk bahasa Melayu, tak lain karena banyak kesamaan dari bentuk ujaran juga dan kosakata yang ada di dalamnya. Tapi perlu diketahui, masyarakat penutur dari bahasa Minang tersbut juga sudah mempunyai macam-macam dialek. Yang bergantung pada wilayahnya masing-masing.
Di samping itu juga, bahasa yang lain yakni Tamil, Sanskerta, Persia dan Arab pula terserap masuk dalam bahasa Minang. Dengan dilihat dari sebagian prasasti di Minangkabau ditulis memakai kosakata Tamil dan Sanskerta. Dan juga aksara Arab saat dulu sering dipakai oleh masyarakat Minang sebelum ganti jadi Alfabet Latin.
Budaya Matrilineal merupakan identitas penting masyarakat Minang. Matrilineal merupakan kebudayaan yang menarik dari garis keturunan pihak ibu, bukan pihak bapak. Kuatnya budaya matrilineal pada wiayah itu tak lepas dari pandangan masyarakatnya mengenai kaum perempuan.
Pada Minangkabau, kaumperempuan itu mempunyai kedudukan istimewa sampaidijuluki Bundo Kanduang. Kaum perempuan mempunyai perananyang penting untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan-keputusan yangdibikin kaum laki-laki yang pada posisinya berperan sebagai mamak (paman) atau kepalasuku (penghulu). Keistimewaan serta pengaruh besar itulah yang menjadikankaum perempuanMinang dilambangkan sebagai pilar utama rumah (Limpapeh Rumah Nan Gadang).
Geografis Minangkabau
Letak geografis Minang Kabau (Propinsi Sumatera Barat) terletak pada 00 45 Lintang Utara sampai dengan 30 36 Lintang Selatan dan 980 36 sampai dengan 1010 53 Bujur Timur. Daerah ini merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa, tepatnya di Kota Bonjol (Kabupaten Pasaman).
Daerah propinsi Sumatera Barat terdiri dari delapan kabupaten dan enam kota madya. Batas-batas propinsi Sumatera Barat (Alam Minang Kabau) sebelah utara berbatasan dengan propinsi Sumatera Utara; sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Jambi dan Propinsi Bengkulu; sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia dan; sebelah timur berbatasan dengan Riau dan Jambi. Semua itu pada umumnya berada dalam wilayah budaya Minang Kabau, kecuali Kepulauan Mentawai.
Adat Wirausaha Masyarakat Minangkabau
Sebelum masuk pada pembahasan adat wirausaha masyarakat Minang Kabau, ada baiknya terlebih dahulu peneliti uraikan adat menurut masyarakat Minang Kabau. Bagi masyarakat Minang Kabau adat adalah kebudayaan secara utuh yang dapat berubah. Sebaliknya ada adat yang tidak dapat berubah, seperti kata mamang; “kain dipakai usang, adat dipakai baru” (kain dipakai usang, adat dipakai baru). Maksudnya, sebagaimana pakaian bila dipakai terus akan usang, sedangkan adat yang dipakai terus menerus senantiasa awet.
Nenek Moyang Minangkabau
Nenek Moyang orang Minangkabau adalah, imigran dari India Selatan (yang sebagiannya merupakan sisa-sisa laskar Macedonia yang mengembara ke timur), China Selatan, Siam dan Melayu yang kemudian bersepakat bersinergi dan mensintesis kebudayaannya secara demokratis yang akhirnya melahirkan satu kebudayaan baru (dengan sejarah baru yang disepakati).
Kebudayaan Minangkabau sejatinya juga merupakan salah satu kebudayaaan Hellenisme (Kebudayaan Hasil Sintesa Barat dan Timur). Sempat terjadi gangguan terhadap kestabilan kebudayaan mereka oleh invasi Singasari/Majapahit pada era kerajaan Pagaruyung Hindu, namun mereka berhasil menghapus dari sejarah, fakta politik zaman mereka dijajah itu.
Mereka sengaja menurunkan sejarah yang disepakati dengan tradisi Lisan, dan memusnahkan semua bukti-bukti sejarah invasi Singasari/Majapahit lewat kerajaan Pagaruyung Hindu. Mereka pada akhirnya setelah Peperangan Saruaso, mengembalikan sistem politik federalnya dengan melucuti kekuasaan penerus Pagaruyung Hindu sampai tingkat simbolis saja.
Karena itu, sekarang ini sangat mudah kita temui Orang Minang yang dengan gampangnya kawin mawin dengan suku bangsa lain serta hobi merantau. Itu semua karena darah kosmopolitan yang mereka warisi sejak berabad-abad silam, sehingga mereka tidak akan takut dengan globalisasiyang menjadi hantu bagi komunitas lain.
Sistem Teknologi Minangkabau
Teknologi yang berkembang pada masyarakat Minangkabau contohnya yaitu bentuk desa dan bentuk tempat tinggal. Desa mereka disebut nagari dalam bahasa Minangkabau. Nagari terdiri dari dua bagian utama, yaitu daerah nagari dan taratak. Nagari ialah daerah kediaman utama yang dianggap pusat sebuah desa. Halnya berbeda dengan taratak yang dianggap sebagai daerah hutan dan ladang.
Di dalam nagari biasanya terdapat sebuah masjid, sebuah balai adat, dan pasar. Mesjid merupakan tempat untuk beribadah, balai adat merupakan tempat sidang-sidang adat diadakan. Sedangkan pasar dan kantor kepala nagari terletak pada pusat desa atau pada pertengahan sebuah jalan memanjang dengan rumah-rumah kediaman di sebelah kiri dan kanannya.
Mata Pencaharian Minangkabau
Sebagian besar masyarakat Minangkabau hidup dari bercocok tanam. Di daerah yang subur dengan cukup air tersedia, kebanyakan orang mengusahakan sawah, sedangkan pada daerah subur yang tinggi banyak orang menanam sayur mayur untuk perdagangan. Pada daerah yang kurang subur, penduduknya hidup dari tanaman-tanaman seperti pisang, ubi kayu, dan sebagainya. Pada daerah pesisir mereka bisa menanam kelapa. Disamping hidup dari pertanian, penduduk yang tinggal di pinggir laut atau danau juga dapat hidup dari hasil tangkapan ikan
Ada berbagai hal yang menyebabkan banyak orang Minangkabau kemudian meninggalkan sektor pertanian. Ada yang disebabkan karena tanah mereka memberikan hasil yang kurang atau karena kesadaran bahwa dengan pertanian mereka tidak dapat menjadi kaya. Orang-orang sejenis ini biasanya beralih ke sektor perdagangan dan merantau dengan harapan mereka akan kembali sebagai orang yang dewasa dan bertanggung jawab. Kehidupan perdagangan di Minangkabau kebanyakan dikuasai oleh penduduk Minangkabau sendiri.
Selain itu ada juga masyarakat yang hidup dari kerajinan tangan. Seperti kerajinan perak bakar dari Koto Gadang, sebuah desa dekat Bukittinggi dan pembuatan kain songket dari Silukang, sebuah desa dekat Sawah Lunto.
Kesenian Minangkabau
Berikut ini adalah kesenian tradisonal Minangkabau:
- Randai, teater rakyat yang meliputi pencak silat, musik, tarian dan drama
- Saluang Jo Dendang, serunai bambu dan nyanyian
- Talempong, musik bunyi gong
- Tari Piring, gerakan tarian menyerupai gerakan para petani semasa bercocok tanam
- Tari Payung, menceritakan kehidupan muda-mudi Minang yang selalu riang gembira
- Tari Indang
- Pidato Adat, juga dikenali sebagai Sambah Manyambah (sembah-menyembah), upacara berpidato, dilakukan di setiap upacara-upacara adat, seperti rangkaian acara pernikahan (baralek), upacara pengangkatan pangulu (penghulu), dan lain-lain
- Pencak Silat, tarian yang gerakannya adalah gerakan silat tradisional Minangkabau
Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:
- Turun mandi – upacara pemberkatan bayi
- Sunat rasul – upacara bersunat
- Baralek – upacara pernikahan
- Batagak pangulu – upacara pelantikan penghulu. Upacara ini akan berlangsung selama 7 hari di mana seluruh kaum kerabat dan ketua-ketua dari kampung yang lain akan dijemput
- Turun ka sawah – upacara kerja gotong-royong
- Manyabik – upacara menuai padi
- Hari Rayo – perayaan Hari Raya Idul Fitri
- Hari Rayo – perayaan Hari Raya Idul Adha
- Maanta pabukoan – mengantar makanan kepada ibu mertua sewaktu bulan Ramadan
- Tabuik – perayaan Islam di Pariaman
- Tanah Ta Sirah – perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila Datuk yang sebelumnya meninggal dunia
- Mambangkik Batang Tarandam – perlantikan seorang Datuk apabila Datuk yang sebelumya telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu (mengisi jabatan yang telah lama dikosongkan
Budaya Minangkabau
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke Pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.
Berdasarkan historis, budaya Minangkabau berasal dari Luhak Nan Tigo, yang kemudian menyebar ke wilayah rantau di sisi barat, timur, utara dan selatan dari Luhak Nan Tigo (Luhak Yang Tiga). Luhak adalah wilayah konfederasi dari beberapa nagari (atau desa) di Minangkabau yang terletak di pedalaman Sumatera Barat.
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah Perang Padri yang berakhir pada tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, selain surau yang ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.
Asal Usul Nama Minangkabau