Awal Diutusnya Nabi Nuh Sebagai Rasul Allah

Dia adalah nabi ketiga yang wajib diketahui umat Islam di dunia.

FAJARPENDIDIKAN.co.id- Mungkin beberapa dari kamu mengetahui kisah Nabi Nuh as hanya seputar pembuatan kapal besar yang digunakan untuk bertahan hidup dari azab yang diberikan Allah SWT terhadap kaum Nuh yang membangkang.

Menurut beberapa sumber, Nabi Nuh memiliki nama asli Abdul Ghaffar atau Yasykur. Beliau merupakan putra Lamik bin Matta Syalih bin Idris. Dalam Al Quran ditulis, usia Nabi Nuh as adalah 950 tahun (QS: Al Ankabuut: 14).

Nabi Nuh diutus Allah menjadi rasul ketika dia berusia 480 tahun. Saat itu langsung datang Malaikat Jibril as kepadanya, dan Nuh pun bertanya, “Siapakah Engkau wahai lelaki tampan?”

Kemudian Jibril as menjawab, “Saya adalah utusan Tuhan semesta alam. Saya datang kepadamu membawa risalah. Sungguh Allah telah mengutusmu untuk umatmu.

Perintah itu tertulis di dalam Al Quran (QS: Nuh ayat 1):

“Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah): Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.”

Kemudian Malaikat Jibril berkata pada Nuh, “Berilah peringatan pada musuh Allah yang bernama Darmasyil bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam.

Damasyil merupakan raja yang zalim. Dia adalah manusia pertama yang memeras arak dan meminumnya, manusia pertama yang berjudi, dan manusia pertama yang membuat baju dengan hiasan emas. Bahkan dia dan kaumnya adalah penyembah 5 berhala, yaitu Wad, Siwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.

Baca Juga:  Berawal dari Sebuah Ayat, Umar bin Khattab Memeluk Islam

Menyadarkan seseorang dari kebiasaan menyembah berhala bukan perkara mudah. Kaum Nuh kala itu malah mencemooh dan menghina Nabi Nuh. Mereka juga meremehkan Nabi Nuh dan pengikutnya yang miskin.

Bahkan mereka tidak percaya bahwa nabi Nuh adalah utusan Allah SWT. Dan berkatalah pemimpin-peminpin yang kafir dari kaumnya:

“Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta.” (QS. Huud : 27).

Kemudian nabi Nuh berserah diri kepada Allah dan meminta petunjuk. Apa yang harus dilakukan pada kaumnya? Dengan segala bentuk kekesalannya pada kaum yang membangkang dan tidak mau menyembah Allah, akhirnya Nabi Nuh as meminta kepada Allah agar melimpahkan azab yang berat kepada mereka yang kafir. Allah pun mengabulkan doa.

Sebelum membinasakan kaum kafir itu. Allah memerintahkan Nabi Nuh dan kaum Muslim menyiapkan alat untuk menyelamatkan diri. Allah menyuruh mereka untuk membuat kapal. Nabi Nuh dan pengikutnya segera menjalankan perintah Allah itu. Mereka mulai membuat kapal. Namun, pembuatan kapal diejek oleh orang-orang kafir.

Untuk menghadapi ejekan orang-orang kafir itu, Nabi Nuh berkata:

“Jika kamu mengejek Kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalin, mengejek (kami). Kelak, kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya, dan yang akan ditimpa azab yang kekal.” (QS. Huud : 38-39).

Detik-detik azab Allah SWT

Allah memerintahkan Nabi Nuh as untuk mengajak seluruh umat manusia menaiki kapal begitu semua selesai. Termasuk di dalamnya hewan agar dapat berkembang biak nantinya. Pasalnya, Allah memberikan pesan kepada Nabi Nuh bahwa azab ini akan membinasakan semua makhluk hidup yang tidak ikut naik ke kapal.

Akhirnya setelah semuanya siap, Allah menurunkan hujan dari langit. Allah menyuruh bumi memancarkan air dan segala penjuru. Dalam sekejap, terjadilah air bah yang begitu dahsyat. Itulah bencana yang ditakdirkan Allah, dengan doa Nabi-Nya, untuk membinasakan orang-orang kafir. Sementara itu, kapal berlayar dengan perlindungan Allah dan pemeliharaan-Nya. Allah telah menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman.

Setelah semua orang kafir tenggelam, Allah menyuruh bumi mengisap airnya, Allah pun juga menyuruh langit berhenti menurunkan hujan. Maka, surutlah air bah itu. Kapal Nabi Nuh, kemudian terdampar di Gunung Judy.

Di sanalah, pengikut Nabi Nuh hidup dengan damai. Mereka berkembang hingga jumlahnya menjadi lebih banyak.

Baca Juga:  Saat-saat Terakhir Rasulullah SAW

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU