Aya Shopia, Alarm Umat Untuk Bangkit di Atas Jalan Shahih

Kembalinya Aya Shopia menjadi mesjid meledakkan tangis dan haru, bisa dilihat kaum muslimin berbondong-bondong datang untuk melakukan salat Jumat. Bagaimana tidak, 86 tahun lamanya kerinduan untuk bersujud di lantainya baru bisa terwujud hari ini.

FAJARPENDIDIKAN.co.id – “We knew not whether we were in heaven or on earth. For on earth there is no such splender or such beauty, and we are at a loss how to describe it.”

Itulah yang disampaikan oleh Vladimir saat melihat keindahan Aya Shopia. Sebuah keindahan yang maha dan lahir dari sejarah yang dimiliki oleh umat Islam sebagai satu warisan peradaban. Pada Jumat yang mulia, tepatnya 24 Juli 2020, bangunan bersejarah itu telah kembali mengumandangkan adzan setelah 86 tahun lamanya dibisukan oleh Mustafa Kemal Attaturk, penguasa sekuler pendiri Republik Turki sekuler.

Disebutkan dalam sejumlah catatan sejarah, Aya Shopia dibangun oleh Justianus 1, awalnya bangunan ini adalah gereja (532-537), bahkan menjadi gereja terbesar selama 1000 tahun, kemudian saat Konstantinopel takluk pada 1453 di tangan pasukan kaum muslimin di bawah panglima perang terkenal, Muhammad Al Fatih, bangunan itu diubah menjadi mesjid, sebelumnya Al Fatih membelinya dengan menggunakan uang pribadi lalu diwaqahkannya menjadi mesjid.

Sayangnya, di tangan Mustafa Kemal Attaturk dialihfungsikan menjadi museum. Pada tanggal 10 Juli 2020 pengadilan tinggi Turki akhirnya mengeluarkan satu keputusan bahwa konversi Aya Shopia menjadi museum pada 1934 adalah bentuk pelanggaran hukum. Keputusan ini memberikan angin segar kepada kaum muslimin.

Kembalinya Aya Shopia menjadi mesjid meledakkan tangis dan haru, bisa dilihat kaum muslimin berbondong-bondong datang untuk melakukan salat Jumat. Bagaimana tidak, 86 tahun lamanya kerinduan untuk bersujud di lantainya baru bisa terwujud hari ini.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Keputusan Erdogan mengembalikan Aya Sophia ke statusnya aslinya menuai banyak pro dan kontra, sebut saja negara Yunani, Rusia dan Amerika, ditambah lagi Paus dan PBB, semua merasa keberatan. Tidak sampai di situ, keputusan ini juga dianggap sebagai salah satu langkah strategis politik Erdogan dan AKP untuk memasuki masa-masa pemilu mendatang. Seperti yang disampaikan oleh Ali Bekir, pengamat politik Turki kepada televisi Al Jazeera, bahwa tindakan Erdogan mendukung perubahan status Aya Sophia dari museum ke masjid tak lepas dari motif pemilu.

Ali Bekir mengatakan, partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan mengalami kekalahan dalam pilkada, Maret 2019, di kota-kota besar, seperti Istanbul, Ankara, Antalya, Adana dan Izmir. Pukulan telak bagi Erdogan adalah kekalahan di kota Istanbul, Ankara dan Adana. Karena itu, Erdogan dan AKP kini sangat butuh langkah-langkah populis untuk mendongkrak popularitas agar tidak terulang kekalahan pilkada tahun 2019 di kota-kota besar itu. (bebaskompas.id/14/07).

Hal ini juga dikuatkan dengan isu ekonomi Turki yang merosot terlebih saat dilanda pandemik Covid-19. Pembebasan ini menjadi promosi gratis bagi Aya Sohpia yang bisa jadi mendatangkan budget untuk perekonomian Turki. Terlepas dari semua itu, kaum muslimin boleh bergembira atas kemenangan ini, namun sebenarnya hal itu belumlah cukup, kebahagiaan ini tidak boleh membuat umat terlena apalagi melupakan tujuan utama, yaitu mengembalikan kehidupan Islam di tengah-tengah umat yang telah lama hidup di bawah ketiak ideologi sekuler.

Selama masih berada di bawah bayang-bayang ideologi sekuler kaum muslimin tak bisa berpuas hati, selalu akan ada maksud-maksud terselebung di baliknya karena sejatinya ideologi sekuler tak sedikitpun rela memberikan ruang kepada Islam untuk bangkit. Kesempatan memang mereka berikan hari ini, tapi empat langkah dibalik itu ada lubang besar yang mereka siapkan untuk memukul kelak agar Islam terus terpuruk.

- Iklan -
Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Kita mengingat negara Turki dulunya pernah menjadi jantung peradaban Islam dan tempat akhir sejarah emas Islam ditutup, namun alur kisah negara itu tidak selamanya pahit sebab umat Islam diingatkan lagi bahwa di tempat itu pula kabar gembira dari Rasulullah pernah direalisasikan setelah 856 tahun. Kota perkasa dengan pengamanan tembok terkuat di masanya akhirnya bertekut lutut di hadapan pasukan Islam, dan kini di tengah euforia umat tak akan pernah lupa akan berita gembira kedua dari Rasulullah bahwa akan hadir di tengah-tengah mereka kekhilafahan.

Tsumma takunu khilafatan ala minhajin nubuwah…

Berita kembalinya Aya Shopia menjadi mesjid bisa dibilang simbol-simbol umat Islam bangkit, namun kembali lagi kita menginginkan umat Islam bangkit di atas jalan yang shahih, bukan dengan jalan tengah. Sekali lagi kita bergembira karena satu persatu milik umat telah kembali kepada pemilik sejatinya dan melalui kejadian ini umat Islam pun senantiasa berharap agar berita gembira yang telah lama dikabarkan oleh Rasulullah dapat segera terwujud, dengan begitu Aya Shopia bisa berdiri gagah di atas sistem Islam yang mulia. Wallahu a’lam.

Oleh; Khaeriyah Nasruddin
(Mahasiswa UIN Alauddin Makassar)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU