Ayah Berpulang Pasca 6.2 SR Mengguncang Mamuju

Aku bergegas menuju Rumah Sakit, kudapati Ayah dalam kondisi telah terpasang oksigen berbentuk kotak. Nafasnya mulai tersengal-sengal, namun kucoba menenangkan diri. Salah seorang petugas menyuruhku untuk memeriksa sampel darah Ayah di RS sebelah.

Aku pun segera kesana dengan harapan Ayah segera sembuh dan pulih kembali seperti sediakala. Setelah memasukkan sampel darah Ayah, ternyata hasilnya baru dapat diketahui beberapa jam kemudian dan saya disuruh kembali ke RS tersebut untuk mengambil hasil pemeriksaannya.

Setiba di Rumah Sakit dimana Ayah di rawat, tepatnya di ruang ICU, nampak dokter mulai memeriksa satu-satu kondisi Ayah. Badanku mulai lemas, seakan semangat hidup mulai terjatuh. “Dok,…Apakah Ayahku sudah tiada?. Sabar pak, masih ada sedikit. Maaf dok, buka maki semua infus dan oksigennya”. Kucoba menuntun Ayah megucapkan kalimat tauhid “Laa Ilaaha Illallaah”.

“Maaf pak, Ayahnya sudah pergi, sabarki”. Ujar doker menenangkan. Kucoba menahan air mata, kesedihan pun mulai berkecamuk. Kuusap mata Ayah, mengantar kepergiannya untuk selamanya dari dunia fana ini.

Para petugas mulai meninggalkanku satu persatu, kini di Ruang ICU tinggal Aku dan jasad Ayah yang baru saja ditinggalkan ruhnya. Kupeluk erat-erat badan Ayah, kurasakan kehangatan badannya sebagaimana pelukan hangat Ayah sewaktu kecilku.

Kucoba menahan air mata, kumenangis sejadi-jadinya. Qadarullah, Ayah telah meninggalkan kami, meninggalkan anaknya yang telah diselamatkan Allah dari Gempa Bumi 6,2 SR di Mamuju. Sungguh benar firman Allah Subahanahu Wata’ala:

ش َّي َدةٍ ۗ

رو  ٍج م

ُب ى

ْم كنتُ

ت ولَ ْو

ْو م

- Iklan -

ٱ ْل كم

درك

كونُو ۟ا

ما تَ

أَ ْي َن

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (An-Nisa Ayat 78).

Penulis : Ashriady

 

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU