Oleh: Amran Razak
Ketua Dewan Pers, Prof Dr Azyumardi Azra meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah sakit di Selangor, Malaysia. Mendiang Azyumardi sempat mengalami gangguan kesehatan di pesawat yang ditumpanginya menuju Malaysia. Rasa was-was saya amat menebal saat rekan sehimpunan di WAG Guru Besar Alumni HMI menuliskan doa kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.
Dalam buku Demonstran Dari Lorong Kambing (DDLK), saya menuliskan saat pertama berjumpa almarhum di Sekretariat Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), jalan Diponegoro 16 Atas Jakarta Pusat, pertengahan Juni 1978.
Kami terpilih sebagai peserta Pendidikan Pers Mahasiswa yang diselenggarakan PB HMI, setelah melalui seleksi ketat di tingkat Cabang dan Badko HMI berupa lomba penulisan pers mahasiswa.
Saat itu, Badan Koordinasi HMI Indonesia Timur (Badko HMI Intim) periode ketua A Syahrir Makkuradde mengadakan lomba menulis. Pemenang lomba akan diikutkan dalam Pendidikan Pers Mahasiswa Islam di Jakarta. Saya pun ikut (sejak setahun lalu, sudah bekerja sebagai calon reporter surat kabar kampus Identitas Universitas Hasanuddin).
Ternyata pemenang lomba ada dua orang, yaitu Ambas Syam dan saya. Menurut A Syahrir Makkuradde (kala itu sebagai ketua tim juri), nilai kami berdua pun sama sehingga ada kesulitan untuk menentukan siapa yang akan dikirim ke Jakarta. Tiket PB HMI ke Jakarta hanya untuk satu orang.
Akhirnya, Syahrir Makkuradde memilih saya sebagai utusan Badko HMI Intim, dengan pertimbangan tunggal bahwa Ambas Syam sudah pernah ke Jakarta. Akhirnya aku menginjakkan kaki di Batavia, kota Jakarta (welcome to Jakarta) dan tanpa bantuan orang tua.
Pendidikan Pers Mahasiswa Islam PB HMI ini, ternyata membuat nominator peserta terbaik sebanyak 3 peserta. Peserta terbaik pendidikan pers ini adalah Azyumardi Azra, saya dan seorang kohati dari Surabaya.
Kohati ini memang anak seorang pemimpin redaksi Koran terkenal di Surabaya. Saya dan Azyumardi jarang ketemu, kalo ketemu ia selalu mengira saya Aidir Amin Daud.
Seusai pendidikan pers, kami diajak bersilaturahmi dengan Wakil Presiden Adam Malik yang juga jurnalis. Rumah kediaman Wapres tak jauh dari PB HMI. Kami pun diterima.
Ternyata majalah Panji Masyarakat telah memilih topik politik pemilu, yang mewawancarai Wapres Adam Malik, Menpora dan mewawancarai peserta terbaik termasuk saya. Woow!!!
Memilih ke Jakarta saat itu, bukan berarti tak mengorbankan atas pilihan saya lainnya. Saya sudah lulus dan siap ikut Pendidikan Dasar (diksar) angkatan pertama Resimen Mahasiswa (Menwa) Wolter Monginsidi di Lapangan Hitam di Pakkatto. Saya memilih ke Jakarta. Ternyata saya ditakdirkan seangkatan pendidikan pers mahasiswa PB HMI.
Selamat jalan sahabatku…. sang pejuang umat. (*)