Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Prihatin dengan petani yang kerap mengalami gagal panen di musim kemarau, sejumlah generasi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuda Pelajar & Mahasiswa Desa Binuang- Desa Mattiro Deceng (FKPPM BIMATRO)di Desa Binuang-Mattiro Deceng, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan menggagas Pogram Irigasi Alternatif (Pompa Air Kincir) untuk petani.
Ketua Umum FKPPM BIMATRO Muhamammad Ishaq Ramli mengatakan, program irigasi alternatif yang digagas bersama rekan-rekannya tiada lain untuk membantu para petani sawah tadah hujan di desanya. Khususnya, menghadapi musim kemarau yang mana selama puluhan tahun belakangan ini selalu terjadi gagal panen, karena tidak adanya pasokan air dimusim kemarau.
“Pompanya (pompa kincir air) didatangkan dari Belanda,”ungkap Muhammad Ishaq Ramli kepada FAJAR PENDIDIKAN, Sabtu (20/7/2019).
Muhammad Ishaq Ramli lanjut menceritakan perjuangannya hingga bisa datangkan Pompa dari negara yang terkenal dengan sebutan negeri kincir angin itu. Awalnya, dirinya dan oraganisasinya berinisiatif buat sendiri alat yang serupa. Namun berhenti karena terkendala pendanaan.
Tak menyerah, mereka kemudian mendapat akses dan membangun komunikasi dengan Delft Univercity of Technology, The Netherlands (Belanda) melalui akun resmi penelitinya. Setelah itu, membuat proposal kerjasama dan Alhamdulillah mendapat support pendanaan dari Bank Indonesia (BI) dan akhirnya program ini bisa berjalan dan dinikmati petani di desanya.
Pompa Air Kincir tersebut, disebutnya masih bersifat percontohan dan perdana di Sulawesi Selatan. Tujuannya sebagai irigasi alternatif sawah tadah hujan menggunakan aliran sungai Walannae. Hingga saat ini, sudah mengairi sawah satu kelompok tani atau puluhan petak sawah tadah hujan milik petani.
“Semoga bisa diperhatikan Pemerintah dengan dibuatkan penampungan supaya penggunaan air bisa lebih efisien,” pungkasnya.
Reporter: Abustan