Pembaca yang dirahmati Allah,
Sepintas, tentu kita mengetahui bahwa di hari raya Idul Adha itu umat Islam menyembelih qurban dalam rangka ketaatan kepada Allah Subahanahu wata’ala. Perlu juga diketahui bahwa sesungguhnya di hari raya ini umat Islam tidak sekedar mengumandangkan takbir dan melaksanakan shalat Ied, kemudian menyembelih qurban, lalu memasaknya menjadi makanan yang lezat.
Banyak hal lain yang disunnahkan untuk dilakukan, sehingga hari raya ini penuh makna dalam usaha kita meraih pahala dari Allah Subhanahu wata’ala. Berbagai amal shalih itu misalnya berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Jelasnya mulai awal bulan Dzulhijjah, ternyata banyak amalan yang disunnahkan untuk kita kerjakan.
Diriwayatkan dari sebagian istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berkata,
Artinya:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa pada sembilan hari bulan Dzulhijjah, hari ‘Asyura, tiga hari pada setiap bulan, dan hari Senin pertama awal bulan serta hari Kamis (HR. Abu Dawud no. 2437).
Berdasarkan hadits tersebut, jelas bahwa umat Islam dianjurkan berpuasa pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Meski redaksi hadits terbaca sepuluh hari, tetapi kita semua mafhum bahwa hari ke sepuluh adalah hari raya Idul Adha, di mana kita dilarang berpuasa. Dan ini merupakan pendapat jumhur ulama.
Khusus untuk hari kesembilan, dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Artinya:
Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang, puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu (HR. Muslim no. 1162).
Yang luar biasa adalah ganjaran puasa di hari Arafah, yakni tanggal 9 Zulhijjah, di mana umat Islam yang sedang berhaji sedang melaksanakan wukuf di padang Arafah. Pada hari ini, mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji harus berwukuf di Arafah dari mulai setelah shalat Dzuhur sampai Maghrib. Amalan ini mutlak harus dilakukan oleh siapa saja yang sedang beribadah haji. (hajinews/ana)