Anak dengan autisme punya tantangan yang berbeda. Tidak seperti remaja seusianya, mereka mungkin tidak banyak tahu soal seks dari lingkungan pergaulannya. Apabila tidak dibekali dengan pendidikan seksual dari orang tua, anak bisa jadi tidak tahu apa-apa soal seksualitas.
Hal ini membuatnya lebih rentan dimanfaatkan atau hal lainnya yang tidak diinginkan. Hasrat seksual pada manusia adalah normal. Kepekaan dan perasaan untuk melakukan seks dimiliki oleh setiap orang, termasuk anak dengan autisme.
Namun, ada berbagai cara yang dilakukan untuk mengekspresikan hasrat tersebut. Anak remaja dengan autisme memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan hasrat mereka.
Adapun hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu memberi penjelasan padanya bahwa kegiatan seksual adalah sesuatu yang berharga dan luar biasa. Maka dari itu, aktivitas seksual hanya boleh dilakukan dengan pasangan sendiri yang sudah menikah.
Kemudian, buat anak Anda paham bahwa tidak semua orang ingin melakukan kegiatan seksual. Melakukan hal tersebut dibutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak. Misalnya, jika seseorang berkata tidak, maka kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan.
Terakhir, ajari anak soal waktu dan tempat yang sesuai untuk melakukan kegiatan seksual. Misalnya, berikan pemahaman bahwa masturbasi tidak boleh dilakukan dihadapan orang lain.
Buatlah ia mengerti bahwa melakukan hal tersebut di depan orang lain tidak layak untuk dilakukan. Meski sulit dan butuh waktu untuk anak bisa mencernanya, percayalah perlahan tapi pasti ia akan mengerti apa yang Anda sampaikan.
Tips Memberikan Pendidikan Seksual
Ketika mendengar soal edukasi seks atau pendidikan seksual untuk anak dan remaja, hal pertama yang mungkin terlintas di benak Anda adalah rasa canggung. Sebagai orang tua, pahamilah bahwa perkembangan diri, kesehatan, dan pertumbuhan anak jauh lebih penting dari rasa canggung yang muncul.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu Anda, seperti:
1. Belikan Buku
Jika Anda merasa kesulitan memberikan edukasi seks dengan bahasa sendiri, coba untuk menjelaskannya dengan bantuan buku. Belilah buku yang membahas soal pubertas dan seksualitas khusus untuk anak seusianya.
Saat ini sudah banyak tersedia di toko buku berbagai literatur bergambar seputar pendidikan seksual yang bisa dipahami anak dengan mudah. Letakkan buku-buku tersebut di kamar anak.
Lalu katakan, “Ayah/ Ibu punya buku bagus yang penting untuk kamu baca. Tolong dibaca baik-baik, nanti kalau ada pertanyaan langsung tanya pada Ayah/ Ibu, ya.” Anda juga bisa membahas isi buku secara bersama-sama dengan anak di waktu santai.
2. Ciptakan Suasana yang Nyaman untuk Berdiskusi
Sebagai orang tua, Anda adalah orang dewasa yang memiliki kewajiban sebagai teman diskusi anak mengenai berbagai hal, termasuk seks. Maka dari itu, saat memberikan edukasi mengenai seks kepada anak atau remaja, ciptakan suasana yang nyaman.
Sebagai contoh, sampaikan pendidikan seksual saat suasana hatinya sedang baik. Pasalnya, saat suasana hati sedang kalut, anak justru sulit menangkap informasi yang Anda sampaikan. Jika Anda merasa canggung untuk memulai, cobalah untuk memulai dengan pengantar yang baik.
Sebagai permulaan, tanyakan kepada anak, apa saja yang sudah dipelajari di sekolah mengenai edukasi seks. Dari pertanyaan tersebut, biarkan pembicaraan tentang topik ini mengalir dengan alami.
Lalu, usahakan untuk tidak berbelit-belit. Mengapa? Saat Anda sendiri kebingungan untuk menyampaikan informasi mengenai topik ini, anak mungkin kehilangan minat, bahkan salah tangkap.
Selain itu, jika anak Anda menceritakan pengalamannya terkait aktivitas seksual dengan teman sekolahnya, jangan langsung marah atau menghakimi. Sebaliknya, tanyakan baik-baik dengan nada bicara seperti teman yang penuh antusiasme. Setelah itu, barulah beri nasihat dengan tidak menggurui.
3. Berikan Pendidikan Seks Secara Berkala
Tak perlu menjejali anak dengan berbagai hal dalam sekali diskusi. Usahakan untuk membicarakan satu topik tertentu dalam setiap kesempatan. Dengan begitu, anak jadi punya kesempatan untuk menyerap dan mengingat informasi yang didapat.
Apabila suatu hari anak bertanya soal seks, jangan tunjukkan rasa kaget atau amarah pada anak. Anak akan merasa terancam dan segan untuk bertanya pada Anda di kesempatan berikutnya.
Tetap tenang dan tanyakan baik-baik dari mana anak mendengar hal tersebut, jangan gunakan nada yang menuduh atau menginterogasi. Kemudian, berikan penjelasan yang memadai. Setelah itu pastikan bahwa anak sudah memahami jawaban Anda. (*)
Sumber: Dr. Andreas Wilson Setiawan dan Dr. Fadhli Rizal Makarim