Berapa Lama Virus Corona Bertahan di Jenazah?

Yogyakarta, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Ketakutan sebagian warga terhadap penularan virus corona Covid-19, menyebabkan terjadinya penolakan pemakaman jenazah pasien Covid-19. Namun, benarkah jenazah pasien yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan virus itu?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan prosedur keselamatan untuk orang yang meninggal karena terinfeksi Covid-19.

WHO menyebut, “Jika seseorang meninggal karena terinfeksi Covid-19, paru-paru dan organ tubuh lainnya masih mungkin mengandung virus hidup. Virus corona pada manusia dapat tetap menular di permukaan hingga sembilan hari.”

Sementara, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardoyo, dihubungi Tagar belum lama ini mengatakan virus corona bisa melekat di beberapa material, termasuk meja kayu dan gagang pintu. Sehingga sangat mungkin virus itu juga ada di tubuh jenazah yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

“Jadi intinya gini, virus ini bisa hidup atau melekat di mana saja, makanya kita ada disinfektan di ruangan. Virus bisa di pegangan pintu, bisa di mana saja apalagi di jenazah penderita Covid, bisa hidup di situ,” ujarnya.

Oleh karena itu, prosedur penanganannya pun berbeda dengan jenazah lain. Jenazah pasien positif Covid-19 harus dimakamkan sebisa mungkin sebelum empat jam setelah kematiannya.

Jika seseorang meninggal karena terinfeksi Covid-19, paru-paru dan organ tubuh lainnya masih mungkin mengandung virus hidup. Virus corona pada manusia dapat tetap menular di permukaan hingga sembilan hari

Baca Juga:  Siswa SMPN 2 Sengkang Raih Juara 2 Lomba Vlog “Stop Perkawinan Anak”

Jenazah tidak perlu dimandikan, hanya dilakukan tayamum (pembersihan dengan debu) jika meninggal di rumah tapi, jika pasien meninggal di rumah sakit, pihak rumah sakit biasanya sudah paham apa yang harus dilakukan.

Mengenai waktu bertahan hidupnya virus corona tersebut pada jenazah, Tri menyatakan, hal itu sangat tergantung pada banyak hal. Mulai dari cuaca hingga kondisi di sekitar tempatnya menempel.

“Saya kira hampir sama dengan yang lain. Itu semua tergantung pada banyak faktor, misalnya panas matahari. Kalau di tubuh inang kemungkinan akan lama karena lembap. Di pegangan meja saja bisa enam jam. Kalau di jenazah bisa lebih lama dari enam jam,” tuturnya.

- Iklan -

Virus itu tidak langsung mati saat inangnya meninggal dunia, karena di situ masih ada media yang memungkinkan untuk tetap hidup.

“Di meja yang benda mati saja bisa hidup, apalagi di tubuh inangnya. Jadi bisa melekat di mana-mana. Makanya harus selalu cuci tangan dengan sabun. Virusnya hidup karena memang ada media tempat dia hidup,” ujarnya.

Dilansir The Guardian, Sabtu, 4 April 2020, disebutkan bahwa baru-baru ini Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit  AS (CDC) mengatakan, RNA dari virus yang menyebabkan Covid-19 itu ditemukan di kapal Diamond Princess 17 hari setelah penumpangnya pergi.

Baca Juga:  Siswa SMPN 2 Sengkang Raih Juara 2 Lomba Vlog “Stop Perkawinan Anak”

Dr. Julia Marcus mengatakan, investigasi CDC terhadap kapal pesiar menemukan bukti bahwa RNA (asam ribonukleat, membawa informasi genetik virus) dalam kabin belum bersih. Tetapi itu hanya menunjukkan bahwa ada virus terdeteksi, bukan bahwa kontak dengan layanan tersebut akan dapat menginfeksi seseorang.

Julia Marcus juga menjelaskan bahwa The New England Journal of Medicine baru saja menerbitkan sebuah penelitian, yang menguji berapa lama virus dapat tetap stabil pada berbagai jenis permukaan dalam pengaturan laboratorium yang terkontrol.

Mereka menemukan bahwa itu masih dapat dideteksi pada tembaga hingga empat jam, pada kardus hingga 24 jam, dan pada plastik dan baja hingga 72 jam.

“Tetapi penting untuk dicatat bahwa jumlah virus menurun dengan cepat dari waktu ke waktu pada setiap permukaan tersebut. Dan risiko infeksi dari menyentuhnya mungkin akan berkurang seiring waktu,” lanjutnya.

Sementara, Dr Akiko Iwasaki menyatakan, itu berarti ada bagian-bagian dari virus yang masih tersisa. Virus ini membutuhkan banyak komponen lain agar tetap utuh.

“Jika Anda memiliki sedikit demi sedikit RNA, itu tidak akan membuat virus, Anda membutuhkan seluruh genom utuh. Hanya karena Anda memiliki sepotong kecil RNA bukan berarti ada infeksi,” tuturnya. (WLD/*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU