Pagi ini Ziea sangat bahagia setelah menerima telepon, kenapa? karena impiannya sebentar lagi akan tercapai tapi, kebahagiaannya tidak terlalu lengkap sebab keluarganya tidak ada yang bisa ikut, ibunya sedang tidak enak badan.
Kakak-kakaknya ada urusan mendadak di luar negeri alhasil Ziea harus pergi sendiri biarpun sendiri Ziea tetap semangat karena ini adalah salah satu kegemaran almarhum ayahnya, Ziea sangat ingin menjadi seorang pelukis.
Ziea Putri Zainal Abraham dia seorang gadis cantik, polos dan juga baik hati di tahun ini dia mendapatkan kesempatan untuk menghadiri undangan acara pameran lukisan berkat tekatnya yang gigih Ziea berhasil memenangkan hati para juri dan terpilih sebagai peserta terfavorit di kala itu.
Untuk pertama kalinya Ziea pergi tidak menggunakan pesawat melainkan dengan menaiki bis. Yah Ziea bukan hanya cantik dan baik dia juga berasal dari kalangan berada tak heran jika dia merasa bosan pergi ke sana—kemari menaiki pesawat, kali ini dia ingin mencoba hal baru mungkin ini akan menjadi pengalaman terbesar bagi hidupnya.
Butuh waktu cukup lama untuk Ziea berdiam diri di halte, 29 menit ia menunggu dan bis tiba di hadapannya. Ziea lebih memilih duduk di samping jendela agar leluasa saat ingin melihat jalanan luar, di bis penumpang hanya sedikit jadi Ziea duduk sendiri padahal dia berharap di dalam bis dapat berkenalan atau bertukar cerita dengan orang lain yang bersedia menjadi temannya.
Krekkkkk…krekkkkk
Suara handphonenya berdering, Ziea membuka tasnya dilihat ibunya memanggil, dengan cepat Ziea mengangkatnya.
“Assalamualaikum cantiknya putri ibu” suara di seberang terdengar samar namun penuh kelembutan.
“Waalaikumsalam bu, semua orang tua pasti akan mengatakan hal itu pada anaknya bu” gurau Ziea, terdengar suara ibu Ziea tengah tertawa kecil.
“Kamu ini bisa saja membuat ibu bahagia” senyumnya di seberang ia berikan pada putri satu-satunya, “sekarang ada di mana cantik?” lanjut ibunya bertanya.
“Sudah di dalam bis bu masih dalam perjalanan mungkin membutuhkan waktu beberapa jam untuk sampai ke sana” jelas Ziea pada ibunya.
“Ibu merasa sangat khawatir denganmu. Bukankah acaranya 2 hari lagi? Ibu sudah enakkan badannya kamu berhenti saja di sana biar ibu dan kakak mu susul kebetulan kakakmu diundur keberangkatannya terus kamu juga harus…. ” belum saja ibunya selesai Ziea mengeluarkan suaranya dengan penuh kelembutan.
“Sudah ibu, Ziea tidak masalah sendirian ibu doakan saja agar ziea sampai tujuan dengan selamat.”
“Ibu pasti akan doakan yang terbaik untukmu, tapi hari ini ibu merasa sangat cemas.”
“Ibu istirahat saja” pinta Ziea.
“Ya sudah jika ada sesuatu telepon saja ibu!” pinta balik ibu Ziea.
Malam begitu gelap semua orang terlelap dalam dekapan masing-masing, lain halnya Ziea yang hanya memandangi jalanan melalui jendela bis, ketenangan dan kedamaian Ziea rasakan saat itu, pemandangan malam hari tidak kalah indahnya dengan pemandangan pagi hari ucapnya dalam hati.
Kenyamanan itu tidak berlangsung lama tiba-tiba saja bis mengamuk tak karuan enggan menurut pada pengendalinya, melaju cepat tiada henti berlari ke sana-kemari sampai tiba di sebuah lembah dan..
AAAAaa…. Teriakan para penumpang mulai menggelegar ke penjuru arah seketika kedamaian menghilang. Malam itu di jalan cempaka nomor 29 seluruh penumpang bis berserakan keluar menyelamatkan diri kecuali Ziea.
“Bangun!” gertak seorang pemuda tampan di hadapan Ziea.
Ziea tersentak dengan suara pemuda tersebut dengan cepat Ziea bangkit dari atas rumput tubuhnya penuh lumpur, rambut panjangnya tak karuan, wajahnya juga dibalut oleh tanah kering.
“kamu siapa?” tanya Ziea setelah bangkit dari tempatnya. Tanpa menjawab pertanyaan Ziea pemuda itu pergi begitu saja menengok ke kanan ke kiri sesekali dia pandang ke belakang.
Ziea merasa heran dengan tingkah pemuda itu membangunkannya dengan kasar lalu pergi begitu saja.
Dimana aku ? Sepertinya aku tersesat di hutan ini Ziea tidak tahu sekarang dia ada di mana entah harus pada siapa dia meminta bantuan di tempat sunyi seperti itu lebih baik aku meminta bantuan pada lelaki tadi saja lanjutnya sambil berlari kecil mengejar pemuda tadi.
“TUNGGU…. Hey tunggu!”
Teriakan Ziea tidak di dengar oleh pemuda itu lebih tepatnya dia tidak ingin mendengar teriakan dari Ziea hingga pada akhirnya Ziea mengeluarkan teriakan ketakutannya.
“AAAAaa…. tolong…… tolong…. ” Teriakan ini berhasil mengalihkan pemuda tadi ke belakang.
Semoga pemuda itu kemari membantuku keluar dari tempat ini dan menyingkirkan hewan di hadapanku bisik Ziea dalam hati.
Ziea pikir pemuda itu berlari ingin membantunya tapi nyatanya salah, pemuda itu hanya mengambil kucing berwarna biru berbulu tebal dengan mata biru sangat tajam dihiasi juga pada lehernya kalung disertai liontin sepotong Love berwarna biru di hadapan Ziea, setelah mengambil nya pemuda itu pergi begitu saja meninggalkan Ziea.
Ziea tidak habis pikir lelaki itu lebih memilih hewan dari pada dirinya. Apa boleh buat tidak ada pilihan lain bagi Ziea selain mengejar kembali pemuda itu.
“Tunggu….! aku mohon tolong bantu aku” kali ini Ziea bukan di belakang pemuda itu melainkan disamping-Nya dengan tegas pemuda itu menolak permintaan Ziea.
“Pergi!”