“Cintaku, mau pergi ke mana?” Terpaksa ival berkata seperti itu di hadapan semua orang mungkin terkesan lebay, alay, atau bucin tingkat dewa, sudah dikatakan sebelumnya ival ingin semua orang menjadi saksi cintanya jadi dia katakan semua itu terang-terangan.
Seketika langkah Ziea terhenti. Ival berjalan menuju Ziea diiringi lantunan musik cinta membuat suasana semangkin romantis.
“Aku cinta kamu Ziea, wanita yang telah berhasil mengubah kepribadianku hanya dengan sentuhan warna yang kamu goreskan pada papan-papan cintamu, satu lukisanmu penuh penghayatan patut aku apresiasikan, aku berubah menjadi lebih baik lagi berkat dirimu,” Ziea hanya terdiam ingin rasanya menjerit dikala mendengar ungkapan cinta dari ival.
“29 hari aku menanti kebangkitanmu dari koma dan kini tiba waktunya untuk menikahimu.”
“HAH!!” serempak semua orang berkata demikian.
“Kenapa? Apa salahnya, aku sudah lulus kuliah begitu pun Ziea, lagi pula menikah itu sunah dari pada pacaran gak karuan lebih baik langsung nikah kan.”
Terdengar suara ival begitu kesal. Mereka semua bukannya tidak setuju tapi mereka terkejut lelaki sedingin es mampu berbuat itu pada wanita.
“Aku mau menikah denganmu” jawaban Ziea berhasil memecahkan kesunyian sejenak. “YEEEY SELAMAT UNTUK KALIAN” teriak zidan setelah mendengar jawaban dari Ziea. “Aa-aa, ku ziea di runghal teu kunanaon1?” tanya Ziea pada ke-2 kakaknya.
“Teu kunanaon, kalem jeung arurangmah asalkan ziea geulis bungah ka abdina sadaya oge jadi seneng2.”
Ziea sangat tidak mengira kebahagiaan muncul pada dirinya hanya dalam satu malam karena malam itu ziea tidak hanya menemukan cintanya tetapi juga impiannya terkabul sebagai pelukis yang dikagumi oleh banyak orang.
semuanya tidak akan terjadi jika bukan karena mu ival, kamu telah membawa lukisanku ke event pameran mengatasnamakan diriku dan.. semua orang sangat menyukai lukisan itu.
Aku senang menunggu bis lama di halte karena berawal dari halte kita berdua bisa saling bertemu dan menumbuhkan rasa cinta.
Ditambah lagi kita sebelumnya memang sudah di jodohkan oleh keluarga kita, ini semua merupakan takdir Allah untukku dan untukmu Ival.
Ayah, ayah benar tidak selamanya angka 29 menyakitkan aku kira seperti itu tapi hari ini terbukti prediksiku salah, tanggal 29 aku bertemu kembali dengan ival dan dia ingin menikahiku, jika ayah ada di sini pasti ayah akan tersenyum padaku melihat putrinya berhasil meraih impiannya dan menemukan cinta sejatinya.
Tidak salah jika aku melukiskan gambar sesosok ayah yang tengah menggendong seorang anak di atas luasnya samudra penghargaan itu pantas untukmu ayah. Sebuah gambaran bahwa tidak selamanya seorang lelaki bersikap emosional tetapi seorang lelaki mampu memiliki hati lemah lembut dan penuh kasih sayang dalam segala perjuangannya.
Penulis: Nisa Khaerunnisa