Semua umat Islam, tua muda, pasti mengidam-idamkan untuk menginjakkan kaki di dua tanah haram, yang disebut tanah suci. Mekkah yang digelari Makkatul Mukarramah dan Madinah yang digelari Madinahtul Munawwarah.
Dua tanah suci tersebut merupakan satu paket yang harus dilalui, bila jamaah akan menunaikan ibadah Haji yang mendapat undangan atau panggilan Allah Subhanahu Wataala. Demikian pula yang akan menjalankan ibadah Umrah.
Hanya saja, dengan terbatasnya kapasitas tampung Masjidilharam Mekkah dan masjid Nanawi Madinah, jamaah calon haji, terbagi dua jalur keberangkatan. Jamaah yang diberangkatkan pada kloter-kloter awal melalui jalur Madinah (arbain melaksanakan salat sunnah 40 rakaat) baru ke Mekkah menunggu masa wukuf di Arafah.
Sedangkan jamaah yang diberangkatkan pada kloter pertengahan ke atas, melalui jalur Mekkah dulu, wukuf dulu, pulangnya baru ke Madinah melaksanakan arbain.
Meski melewati dua jalur, tapi wukuf tetap berkumpul menjadi satu di Padang Arafah, yang luasnya sejauh mata memandang, belum terlihat ujungnya. Konon, pada hari kiamat nanti, di Padang Arafah inilah nantinya, yang akan menjadi Padang Mahayar dan Palestina akan menjadi tempat penghisaban.
Belum lagi bila berhitung pahala, sekali salat, 1000 pahala di masjidil haram dan 500 pahala di masjid Nabawi.
Kembali ke dua jalur tadi. Hal tersebit ditetapkan Pemerintah Arab Saudi, agar jamaah yang datang bisa bergerak dengan tidak berdesak-desakan untuk melaksanakan salat, baik di masjidil haram maupun di masjid Nabawi.
Itu, karena terbatasnya daya tampung masjidil haram dan masjid Nabawi. Pada rehab terakhir tahun 2016, peningkatan kapasitas tampung hanya 4 juta orang dari sebelumnya hanya 2 juta orang. Sedangkan masjid Nabawi, kapasitas tampungnya hanya 2 juta orang, dari sebelumnya hanya 1 juta orang. Sedangkan berjuta-juta animo berhaji di seluruh negara di dunia.
Itulah yang menyebabkan panjangnya antrian pendaftar calon haji. Hingga masa penantian, puluhan tahun.
Tanpa ke Tanah Suci
Siapa yang tidak menginginkan menunaikan haji ke baitullah? Karena hal itu adalah rukun Islam terakhir dari lima rukun Islam. Selain manfaat tersebut di atas, juga karena adanya kerinduan mengunjungi Ka’bah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjanjikan, “Haji yang mabrur tidak memiliki balasan lain kecuali surga” (HR Bukhari dan Muslim dan Abu Hurairah).
Tidak Mudah
Tetapi untuk sampai ke tanah suci tidaklah semudah yang diangan-angankan. Sehingga tidak sedikit orang terpaksa menelan air liur.
Lalu apakah ada alternatif pengganti bagi orang-orang yang belum beruntung untuk segera berhaji ke tanah suci?
Menurut Udstadz Abdullah Zaen Lc MA, Allah Maha Pemurah dan maha luas karuniaNya. Di antara bentuk kemahamurahanNya, Dia memberikan amalan-amalan yang pahalanya sepadan dengan pahala ibadah haji. Sedangkan pelakaanaannya tidak perlu mengeluarkan biaya puluhan juta.
Berikut Amalannya:
- Pergi ke masjid untuk belajar agama atau mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa pergi ke masjid tanpa ada maksud lain kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, niscaya ia akan mendapatkan pahala haji dengan sempurna”. (HR Al Hakim dan Abu Umamah radhyallahu anhu dan dikuatkan oleh al Iraqy, adz -Dzahaby serta al Albani).
- Duduk di masjid untuk berzikir hingga matahari terbit lalu salat dua rakaat. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa salat subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir (mengingat) Allah hingga matahari terbit, lalu salat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna” (HR Tirmidzy dan Anas tadhyallahu anhu dan dinilai hasan oleh al Albany).
Oleh: Hj A Nurhayana Kamar