Berliterasi Sekaligus Menjaga Lingkungan Melalui Mading

Menyadari kurangnya minat baca pada anak dan siswa/siswa sekolah, Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) 04 Makassar membentuk komunitas literasi. Dimana komunitas ini, diisi oleh para siswa/siswi SMPN 4 Makassar dan bekerja sama pihak Dinas Perpustakaan kota Makassar.

Uniknya, komunitas ini memiliki cara berbeda dalam mengembangkan literasi. Kalau biasanya membaca dianggap hal yang membosankan bagi sebagaian siswa, komunitas ini hadir dan menghilangkan rasa bosan tersebut dengan memanfaatkan majalah dinding (mading) yang ada di sekolah. Jadi membaca itu tidak harus membuka buku di perpustakaan atau menenteng bukunya ke mana-mana.

“Di sini kita punya mading dan di mading itu, mereka tidak hanya membaca tapi juga dapat memajang hasil karya tulis mereka. Jadi sengaja kita bentuk komunitas yang diisi oleh para siswa/siswi itu sendiri, agar dapat menjadi contoh serta mengajak teman-teman mereka untuk membudayakan literasi,” kata Pembina Komunitas Literasi SMPN 4 Makassar, Nurul Inayah SE kepada FAJAR PENDIDIKAN, Rabu (6/2).

Di sini, lanjut Nurul, ditekankan sistem ala bisa karena biasa. Jadi kesannya tidak ada paksaan untuk anak-anak. Karena semua dimulai dari kebiasaaan. “Apalagi dipajang di mading, jadi siapa saja yang lewat dapat melihat tulisan-tulisan atau artikel-artikel yang terpajang.”

Meski masih terbilang seumuran jagung, komunitas literasi yang berdiri pada awal Juli 2018 lalu ini, telah memberikan banyak perubahan minat baca pada siswa/siswi. Walaupun, mading merupakan hal yang sederhana, namun melalui kesederhanaan tersebut berkembang berbagai informasi, mulai dari pengetahuan alam, lingkungan, sosial, agama, olahraga, dan sebagainya.

Baca Juga:  Ayo Bergabung dengan Komunitas Squad untuk Dapatkan Hadiah Menarik!

“Ini untuk mengembangkan minat baca siswa dari berbagai disiplin ilmu. Jadi para siswa dapat memperoleh informasi mengenai lingkungan, khususnya karena di SMPN 4 Makassar ini juga dikembangkan program adiwiyata, jadi kita manfaatkan mading agar siswa juga mengetahui bagaimana menjaga lingkungan. Jadi kita berliterasi sekaligus menjaga lingkungan,” jelasnya.

Fungsi mading yang dikembangkan tersebut tidak hanya mengembalikan minat baca atau literasi para siswa, guru dan perangkat sekolah lainnya. Tetapi juga menjadi salah satu media dalam pelestarian lingkungan yang membentuk sekolah peduli terhadap lingkungan.

“Dengan adanya mading ini, pihak sekolah dan siswa diharapkan dapat membentuk sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Serta mampu berpartisipasi dalam melaksanakan upaya pelestaraian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang,” tutur Kepala SMPN 4 Makassar, Drs Husain Patta MM.

Pemanfaatan mading ini juga untuk mengasah daya kreatif siswa. Siswa juga dapat membuat mading mereka masing-masing di rumah, baik itu di dalam ruang kamar atau di ruang baca yang mereka miliki.

- Iklan -
Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

Kemudian, untuk membuat mading juga tidak membutuhkan biaya yang banyak. Cukup memanfaatkan barang-barang bekas, seperti karton, potongan tripleks, dan barang-barang bekas lainnya.

“Jadi dari mading sekolah, para siswa ini dapat melihat atau berpikir dan menghasilkan hal-hal baru di lingkungan rumah mereka. Kemudian ramah lingkungan juga. Dari sini kita berharap agar para siswa ini dapat mengaplikasikannya di lingkungan tempat tinggal mereka,” harap Nurul Inayah SE.

Karena merupakan komunitas literasi siswa, sehingga dari pembuatan, hiasan hingga isinya, semua dikerjakan oleh para siswa dengan memanfaatkan barang dan kertas bekas yang ada di sekolah. Dari komunitas ini juga, para siswa belajar tidak hanya membuat kreasi baru tetapi mereka juga belajar, seperti apa bekerja tim dan menjaga kekompakan dalam mengolah sesuatu untuk menghasilkan hal yang menarik dan mempunyai manfaat bagi diri mereka serta orang lain.

“Sejujurnya, melalui komunitas ini, saya juga belajar banyak. Bagaimana pengaplikasian ilmu dari kelas ke layanan khusus literasi. Dan mereka yang tergabung di dalam komunitas ini tidak hanya belajar tapi secara tidak langsung mereka juga mengajak yang lainnya untuk mengetahui hal-hal baru. Dan meski mereka masih berstatus siswa tapi mereka memiliki kekompakan yang baik dalam bekerja,” tutupnya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU