NASA menambahkan tujuan baru untuk misi Artemis ke Bulan. Mereka akan menjelajahi gundukan misterius dan penuh teka-teki yang dikenal sebagai Kubah Gruithuisen.
Kubah Gruithuisen adalah dua gundukan yang dinamai Mons Gruithuisen Gamma dan Mons Gruithuisen Delta, yang ada di utara kawah Gruithuisen di Bulan.
Pengamatan saat ini, gundukan ini menunjukkan mereka tampak berbeda dibandingkan daerah sekitarnya. Dikutip dari Jerusalem Post, ilmuwan menyebut kubah tersebut merupakan jenis gunung berapi. Diketahui ada sejumlah gunung berapi di seluruh permukaan Bulan.
Gunung berapi ini, terutama Kubah Gruithuisen, diperkirakan terbentuk oleh magma yang kaya akan silika. Hal ini penting diketahui, karena meskipun daerah sekitarnya tertutup oleh sisa-sisa lava basaltik kuno yang mengeras, yang berair dan tipis, dibandingkan dengan lava silikat yang lebih tebal, yang memiliki konsistensi lebih dekat dengan granit.
Namun penjelasan ini adalah sesuatu yang masuk akal secara ilmiah. Yang tidak masuk akal adalah bagaimana mungkin magma silikat terbentuk di Bulan sejak awal.
Gunung berapi silika di Bumi membutuhkan dua bahan utama untuk terbentuk: lempeng tektonik dan air. Bulan tidak memiliki keduanya. Artinya, berdasarkan pemahaman kita saat ini tentang cara kerja gunung berapi, seharusnya tidak mungkin gunung berapi silikat terbentuk di Bulan.
Namun, Kubah Gruithuisen jelas ada di sana. Jadi bagaimana ini terjadi? Para ilmuwan belum tahu mengenai hal ini, sehingga NASA berharap bisa memecahkan misteri Kubah Gruithuisen.
Misi Artemis
Mustahil untuk memahami bagaimana Kubah Gruithuisen terbentuk tanpa pergi ke sana untuk melihatnya. NASA pun memilih rangkaian instrumen ilmiah baru untuk mempelajari kubah untuk pertama kalinya dalam misi prioritas.
Rangkaian instrumennya adalah Lunar Vulkan Imaging and Spectroscopy Explorer (Lunar-VISE), yang terdiri dari lima instrumen, dua di antaranya berada di pendarat dan tiga di penjelajah bergerak.
Misi Lunar-VISE adalah menjelajahi puncak salah satu kubah dan menganalisis puncaknya. Mempelajari ini akan membantu memecahkan misteri bagaimana kubah yang tampaknya mustahil ini terbentuk. Pemahaman itu dapat membantu NASA merencanakan misi robotik dan manusia di masa depan ke Bulan.
Secara khusus, karena kubahnya adalah gunung berapi, ini berarti kemungkinan ada konsentrasi besar bahan penghasil panas. Jika kita memahami ini dengan lebih baik, maka panas itu bisa menjadi sumber daya yang berharga untuk misi Bulan jangka panjang.
Ilmuwan di balik Lunar-VISE adalah Kerri Donaldson Hanna dan Adrienne Dove dari University of Central Florida (UCF).
“Ada potensi harta karun berupa pengetahuan yang menunggu untuk ditemukan, yang tidak hanya akan membantu kita menginformasikan eksplorasi robotik dan manusia di Bulan di masa depan, tetapi juga dapat membantu kita lebih memahami sejarah planet kita sendiri serta planet lain di Tata Surya,” kata Donaldson Hanna.
Ini hanyalah salah satu dari beberapa upaya ilmiah yang diharapkan dapat dicapai NASA di permukaan Bulan sebagai bagian dari misi Artemis. Menurut NASA, Lunar-VISE akan dikirim ke Bulan pada tahun 2026.