Bertahan Merancang Masa Depan Meski Covid-19 Menghadang

Penulis : Athallah Nadhiera Zulfa

Akhir 2019 lalu, dunia digemparkan dengan kemunculan virus mematikan dari Wuhan, China, yang diberi nama coronavirus disease 2019 atau yang kemudian biasa disingkat dengan covid-19. Awal 2020, penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut pun tidak terelakkan.

Hingga pada akhirnya, tepat 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengonfirmasi bahwa dua warga Indonesia yang positif tertular virus tersebut. Tak lama berselang, kasus penyebaran virus bermahkota tersebut merata di 34 provinsi dengan jumlah 1.498 kasus per 9 April 2020.

Faktor utama cepatnya penyebaran covid-19 ditanah air dan dunia adalah virus yang tak kasat mata. Virus tersebut berterbangan di udara dan atau menempel di telapak tangan, lalu terhirup hidung, kemudian menyerang paru-paru. Jika imunitas kuat, orang yang terserang hanya akan mengalami demam dan batuk selama maksimal dua pekan. Namun jika imunitas lemah, kasus dapat berakhir dengan kematian.

Fenomena tersebut membuat Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan untuk menekan penyebarannya. Pada 20 Maret 2020, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mulai membatasi lalu lintas orang dari dan ke Indonesia.

Pemerintah terus melakukan berbagai cara untuk mengatasi penyebaran kasus covid-19, mulai dari pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa wilayah di Indonesia hingga PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang sifatnya lebih rinci dengan berbagai kategori (level). Kebijakan tersebut pun memunculkan istilah baru, yaitu BDR atau bekerja dari rumah yang diberlakukan kepada karyawan dan pegawai kantoran.

BDR juga diberlakukan di dunia pendidikan, yaitu belajar dari rumah. Seluruh siswa
dan mahasiswa Indonesia hanya mendapatkan pelayanan pendidikan secara daring dengan berbagai kekurangannya. Di kalangan siswa, kekurangan pertama adalah jumlah jam pembelajaran yang dipangkas sekitar 3–4 jam per harinya.

Kualitas pembelajaran pun jelas menurun. Tidak ada lagi bimbingan tatap muka yang sifatnya jelas lebih intensif. Tidak ada lagi pendalaman materi. Tidak ada lagi ekstrakurikuler sebagai penyalur minat dan bakat siswa.

Bahkan, tidak ada lagi aktivitas fisik yang cukup karena aktivitas siswa generasi daring pada umumnya hanyalah di dalam kamar untuk menerima materi dan mengerjakan tugas-tugas.

Covid-19 juga berdampak pada UN (Ujian Nasional) yang pada akhirnya ditiadakan sesuai surat edaran Mendikbud RI tertanggal 17 Maret 2020. Penilaian hasil belajar pun terpaksa hanya dilakukan secara daring dari rumah masing-masing tanpa pengawasan yang berarti.

- Iklan -

Serangkaian dampak covid-19 di dunia pendidikan itu pun mengakibatkan terjadinya learning loss atau hilangnya (kualitas) pembelajaran yang pada akhirnya juga menurunkan kualitas pendidikan nasional secara umum.

Tidak hanya menurunkan kualitas pendidikan secara kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan), belajar dari rumah juga menimbulkan kekerasan fisik dan psikis terhadap siswa yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri.

Para orang tua yang bermaksud mendampingi pembelajaran daring putra-putrinya, justru mendapatkan fakta betapa tidak mudahnya memahamkan materi pembelajaran kepada putra-putri mereka. Karena faktor lelah dan kurangnya pemahaman tentang teknik pengajaran, para orang tua siswa hanya bisa melampiaskan ketidaksabaran mereka dengan membentak dan atau melakukan tindak kekerasan fisik kepada putra-putri mereka.

Bagi siswa bermental pecundang, kondisi seperti itu tentu hanya akan membuat kondisi mereka semakin terpuruk. Namun bagi siswa yang bermental pemenang, tidak ada kata menyerah untuk terus mengembangkan potensi diri meski di tengah keterbatasan seperti itu. Di balik setiap keterbatasan dan hambatan, pasti ada peluang sebagaimana mata uang koin yang pasti memiliki dua sisi yang berlawanan.

Pengurangan jam pembelajaran sebagaimana telah disebutkan di atas, berdampak pada banyaknya waktu luang yang tersisa di rumah. Waktu luang tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai hal produktif, baik secara mandiri maupun berkelompok.

Secara mandiri, siswa dapat mengikuti berbagai macam lomba, seminar, dan bahkan pelatihan yang semuanya berbasis daring. Secara berkelompok, siswa bisa mengadakan diskusi, belajar berkelompok, atau bahkan mengadakan kegiatan secara formal maupun nonformal yang semuanya bisa dilakukan secara daring. Berbagai kegiatan tersebut tentu saja dapat mengembangkan potensi siswa.

Lebih jauh lagi, siswa juga harus tetap memiliki perencanaan yang matang dalam merancang masa depan. Siswa yang berencana kuliah dengan jurusan tertentu, bisa fokus mengembangkan kompetensinya di bidang tersebut dengan cara banyak membaca literasi tentang jurusan yang dipilih.

Literasi tersebut tidak hanya dalam bentuk cetak, tetapi juga digital yang mudah diakses kapan pun dan di mana pun. Namun tentu saja, siswa juga tidak boleh melupakan tanggung jawab utamanya, yaitu memaksimalkan diri dalam perolehan nilai rapor agar tetap bisa berpeluang untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes. Bagi siswa yang mampu secara finansial, bisa mengikuti bimbingan belajar secara daring.

Sementara bagi yang kurang mampu, bisa membentuk kelompok belajar, baik dengan teman satu kelas, satu sekolah, maupun antar sekolah. Kondisi menurunnya kualitas pembelajaran juga dirasakan oleh berbagai pihak, termasuk organisasi kepemudaan
Didirikannya banyak organisasi kepemudaan yang mengajak banyak siswa di Indonesia untuk lebih aktif memberi manfaat untuk sekitar dan diri sendiri yang menjadi wadah baru dan menarik, dikarenakan kondisi yang tidak stabil kegiatan kerelawanan bertambah di masyarakat dengan peruntukan anggota dalam umur yang beragam menjadi bagian dalam peningkatan kemampuan sosial para siswa dari sebelum adanya pandemi.

Kondisi pandemi mengajarkan banyak hal yang tidak terbayangkan sebelumnya, mulai dari adaptasi dengan kondisi baru, kepedulian terhadap sesama, dan penempatan diri untuk tetap bertahan dalam menata masa depan walaupun pada masa krisis.

Pandemi covid-19 membawa banyak hal positif dan negatif bagi mereka yang terdampak, dengan keberanian melangkah, kemampuan dalam beradaptasi, dan perspektif yang diambil oleh diri para siswa, menjadikan banyak hal yang dapat dilihat secara lebih luas.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU