Bisnis Metaverse Mengalami Kerugian Rp143 Triliun, Mark Zuckerberg Katakan Ini

CEO Meta Facebook Mark Zuckerberg mengatakan divisi reality labs merugi hingga US$10 miliar atau Rp143 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS) saat membangun bisnis metaverse pada tahun lalu.

Mengutip New York Times, Jumat (4/2), divisi reality labs adalah tim yang membuat kacamata pintar dan produk lain untuk mendukung bisnis metaverse.

Dana sebesar US$10 miliar adalah investasi Zuckerberg untuk membangun bisnis metaverse. Jumlah tersebut lebih dari lima kali lipat dibandingkan jumlah uang yang dibayarkan Facebook untuk membeli bisnis Oculus VR pada 2014 dan 10 kali lipat dari yang dibayarkan untuk membeli Instagram pada 2012 silam.

Pengeluaran untuk bisnis metaverse membuat laba Meta turun hingga 8 persen menjadi US$10,3 miliar pada kuartal IV 2021.

Baca Juga:  UMP Sulsel 2025 Naik 6,5 Persen, Jadi Segini Besarannya

Pada saat yang sama, Meta mengatakan bisnis jejaring sosialnya, seperti Facebook dan Instagram sedang dihantam perubahan lain yang dibuat oleh Apple.

Oleh karena itu, perusahaan memprediksi laba dan pendapatan masih akan terganggu oleh perubahan Apple pada sistem operasi selularnya.

Apple membuat iPhone sulit melacak kebiasaan pengguna pada tahun lalu. Hal tersebut membuat perusahaan jejaring sosial lebih sulit menayangkan iklan yang sesuai kepada pengguna iPhone.

Pengeluaran yang besar untuk bisnis metaverse dan perubahan sistem di iPhone menjadi transisi yang sulit bagi Facebook karena berubah menjadi Meta.

Baca Juga:  UMP Sulsel 2025 Naik 6,5 Persen, Jadi Segini Besarannya

Situasi ini terbilang sulit dibandingkan dengan sebelumnya, di mana Facebook selalu menghasilkan kinerja cemerlang dan dapat memberikan iklan yang sesuai kepada pengguna ponsel.

- Iklan -

“Sudah waktunya untuk memeriksa realitas posisi Meta untuk metaverse,” ucap seorang analis teknologi untuk Publicist Sapient Raj Shah.

Menurut dia, metaverse belum menguntungkan saat ini. Bahkan, metaverse belum bisa mengisi kesenjangan pendapatan iklan setelah perubahan kebijakan Apple.

Zuckerberg pun mengakui kesulitan ini. Ia mengatakan kesuksesan perusahaan bergantung pada produsen produk ponsel. “Pada akhirnya, kesuksesan berkelanjutan kami bergantung pada pembuatan produk yang menurut orang berharga dan ingin digunakan orang,” pungkas Zuckerberg.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU