Bom di Gereja Katedral Makassar, Rektor UIN Alauddin: Mari Perkuat Moderasi Beragama

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Pengendara sepeda motor melakukan aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Jl Kajaolalido Kota Makassar, Minggu (28/3/2020).

Pelaku bom bunuh diri meninggal seketika, sementara beberapa petugas dan jemaat gereja mengalami luka-luka.

Menyikapi kejadian tersebut, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis menyampaikan bela sungkawa dan mengajak masyarakat untuk tetap tenang, selalu waspada dan semakin memperkuat kebersamaan dan rasa solidaritas.

Guru Besar Sosiologi itu mengatakan, tindakan teror yang masih kerap terjadi menjadi pertanda moderasi beragama harus semakin dikuatkan, sebab menurutnya, kasus terorisme di Indonesia harus diakui memang bermotif agama dengan pemahaman yang salah.

Baca Juga:  Merayakan Kreativitas: Milad Ke-3 UKM Penadipa IAS

Prof Hamdan melanjutkan, kita sama-sama meyakini bahwa tidak satupun agama yang mengajarkan untuk membunuh mereka yang berbeda iman.

Namun, sambungnya, kita tidak boleh menutup mata bahwa para pelaku teror mendasarkan tindakannya pada sebuah ideologi keagamaan yang ekstrim.

“Tindakan teror dengan menebar ketakutan tentu bukan cara beragama yang benar, karena agama berintikan rahmah, kasih sayang dan kedamaian,” terangnya saat ditemui di ruang Rektor lantai IV Gedung Rektorat UIN Alauddin, Senin (29/03/2021).

Mantan Wakil Rektor IV UIN Alauddin itu menyebut, penguatan moderasi beragama menjadi kunci untuk melakukan kontra terhadap ekstrimisme kekerasan.

Baca Juga:  Farmasi vs Apoteker: Memahami Peran dan Perbedaannya dalam Dunia Kesehatan

Lebih lanjut, ia mengungkapkan pentingnya melihat terorisme sebagai sebuah fenomena yang memiliki akar masalah yang kompleks dan telah berlangsung lama.

- Iklan -

Tindakan teror, sambungnya lagi, merupakan akumulasi dari proses indoktrinasi dan ideologisasi terhadap pelaku, pikirannya diinjeksi dengan teologi maut oleh para otak terorisme yang merupakan jaringan internasional.

“Mari perkuat narasi beragama yang moderat di basis-basis sosial kita, di rumah, masjid, sekolah, kampus, serta kantor-kantor pemerintah maupun swasta yang memiliki ruang-ruang keagamaan atau kerohanian,” kuncinya.(*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU