Budi Utomo, Organisasi Pertama yang Mendengungkan Kemerdekaan RI

Tanggal 20 Mei setiap tahun, diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Mengapa pada hari tersebut, dijadikan sebagai momentum hari Kebangkitan Nasional ?

Itu, karena berdasarkan hari lahirnya Budi Utomo, 20 Mei 1908. Dr Sutomo, tokoh Kesehatan Muhammadyah yang mendirikan Budi Utomo, organisasi yang pertama kali mendengungkan kemerdekaan bagi Indonesia. Meski masih lokalistik, etnis Jawa Budi Utomo, dianggap pelopor kebangkitan bangsa.

Organisasi Budi Utomo, didirikan oleh Dr Sutomo. Saat itu, seorang mahasiswa ke dokteran di STOVIA, namanya Dr Wahidin Sudiro Husodo, pun tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Budi Utomo.

Di lingkup etnis Jawa, banyak tokohnya progresifnya yang bergabung dengan BU, termasuk Ki Hajar Dewantoro, KH.Ahmad Dahlan, mendirikan Muhammadiyah, 4 tahun setelah berdirinya Budi Utomo, Budi Utomo dan Muhammadiyah mempunyai irisan sama yang berperan penting dalam kebangkitan bangsa ini. Irisan itu, adalah pendidikan.

Baca Juga:  Merenungi Makna Natal 2024: Kasih, Damai, dan Panggilan Hidup dalam Iman Kristiani

Makanya, tak heran ketika Muhammadiyah berdiri, 18 Oktobert 1912, banyak tokoh Budi Utomo yang membantu legal formal ijin pendiriannya.

Dr Sutomo kian akrab dengan KH Mas Mansur, murid KH Ahmad Dahlan sendiri sebagai Ketua Umum PP Muhammdiyah juga kian harmonis, dan bersinergi dengan dengan Budi Utomo.

Pada 1917, Kongres Budi Utomo diselenggarakan di rumah KH Ahmad Dahlan. Tak banyak yang tahu, Dr Sutomo secara truktural di Muhammadiyah menjadi Penasehat Bidang Kesehatan. Beliau salah satu pelopor berdirinya RS PKU Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1923. Setahun sesudahnya, mendirikan poliklinik Muhammadiyah di Surabaya.

Saat pembukaan poliklinik tersebut, dihadiri Ki Bagus Hadikusumo dan Kiyai Sujak (pendiri PKO, kelak terkenal dengan PKU). Saat pembukaan, pidato Dr Sutomo melegenda menjadi tajuk , ‘’etika welas asih’’.

Baca Juga:  Belajar dari Naruto: Nilai Kehidupan yang Bisa Meningkatkan Diri

Dia mengkritik keras etika darwinisme, menekankan persaingan, konflik dan sifat individualistic – egois. Sementara Muhammadiyah berdasarkan Al-Ma’un yang menekankan ketulusan pengorbanan, welas asih, dan inklusivisme.

- Iklan -

‘’Besok pagi akan kita buka Polikinik ini. Siapa juga, baik orang Eropa, baik orang Jawa (orang pri bumi), baik China atau bangsa Arab, boleh kemari, akan ditolong dengan Cuma – Cuma, asalkan betul miskin’’. Demikian kutipan pidato Dr Sutomo saat itu. Pidato etiks welas asih itu pula yang mendasari asas PKO.

Sejarah harus terus didengungkan. Agar anak bangsa tahu. Bahwa kebangkitan bangsa ini, sebagaimana ditelandankan Dr Sutomo, harus dilandasi sinergitas dan harmoni. Tak ada saling hasut apalagi saling menghianati dan mencederai. ( Yudi Janaka)

Laporan : Nurhayana

 

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU