Oleh: Nurhayana Kamar
Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki banyak pesona. Selain yang telah diulas, Pantai Pasir Putih Batu Nene, Ada lagi Bukit Batu Daya yang memperosa, terpopuler dan sedang hits di Kalimantan Barat. Terutama bagi pencinta panjat tebing. Meski agak tersembunyi, karena berada di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit yang menghijau.
Bukit ini, lokasinya berada di perbatasan antara Kecamatan Didi Kaamatan Laur dan Kecamatan Sukadana, Simpang Hilir, Kabupaten Ketapang. Tercatat, sebagai salah satu pesona alam Indonesia, yang ada di Kalimantan Barat. Karena, bukit yang berdekatan dengan Gunung Palung ini, termasuk dalam wilayah Taman Nasionl Gunung Palung (TNGP).
Meski msuk dalam hutang lindung di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, sayangnya hampir di sekeliling bukit, hutannya sudah tidak menghijau. Hanya kebun -kebun kelapa sawit yang memeberikan pemandangan menghijau, sejauh mata memancang.
Lumayan tingginya. Berada di ketinggian 958 meterdi atas permukaan air laut. Bukit yang dicintai pencinta alam ini, dikategorikan salah satu tebing terbesar di Kalimantan Barat . Bukitnya indah menawan, dengan bentuknya yang unik. Sisi tebingnya bagian selatan yang paling besar.
Lalu dmana kaitannya dengan diberi nama Batu Daya > Dari tebing di sisi selatan tersebut, ada 3 bagian batu yang memiliki bentuk yang berbeda besarnya. Bagian yang paling besar, merupakan bagian yang menyerupai punuk untsa. Bagian inilah uang disebut Batu Baya.
Tebing kedua yang berada di belakang Batu Daya, dsebut Kuang Kande. Tebing ke 3 yang menyerupai kepala Ont, diberi nama Bela Hulu. Ketinggiannya berkisan 400 – 700 meter.
Selain, alamnya yang indah, Bukit Batu Daya, mengadung sejumlah potensi wisata. Diantaranya, mitos dan kearifan lokal bagi masyarakat sekitarnya. Warga sekitar dulu mengkeamatkan bukit tersebut. Karena itu, setiap tahun diadakan pesta ritual oleh masyarakat sekitarya. Pesta ritual ini juga, ditujukan untuk melestarikan warisan budaya yang teah ditinggalkan nenek moyangnya.
Bukit Batu Daya itu, juga dikenal sebagai ‘’Buki Onta’’, karena bentuknya menyerupai onta. Dengan demikian, ibarat sekali merngkuh dayung, dua buah pulau terlampaui. Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini, sekaligus bisa membayangkan, melihat onta, hewan khas di Arab, bahkan bisa membayangkan naik onta bagi pemanjat tebing.
Konon bentuknya berubah – ubah, sesuai dari sisi mana kita memandangnya. Kadang mirip kura – kura. Terkadang pula mirip punggung onta
Untuk menjangkau obyek tersebut, ada rute perjalanan yang bisa dilalui. Rute Air dan lewa darat. Jaur darat bisa dtempuh sekitar 8 jam dari Kota Pontianak. Sedangkan untuk jaur air, melalui pelabuhhan kapal Klotok di rasau Jaya. Waktu tempuhnya, sekitar 12 jam.
Dari teluk Melano, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Sepeda Boat. Waktu tempuhnya sekitar 45 menit perjalanan menyusuri Sungai Matan. Di desa Matan, masih harus jalan kaki, melewati jalan perkebunan sawit. Bisa juga aik truk, yang melintas di lahan perbunan sawit. (*)