Pada kitab Tanhibul Ghafilin, karya Imam Abu Laitz As Samargandi dikisahkan: Pada malam 27 Rajab, Allah memerintahkan Malaikat Jibril dan Malaikat Izrail, umtuk sementara tidak menjalankan tigasnya. “Wahai Jibril jsnganlah engkau dulu menurunkan wahyu pada malam ini. Dan wahai Izrail, janganlah engksu.dulu mrncabut nyawa pada malam ini” demikian firman Allah Subhanahu Wataala, kepada kedua malaikat tersebut..
Mendapst perintah dari Allah SWT, sebelumnya, Malaikat pencabut nyawa itu, bertanya : ” Apakah hari kiamat telah tiba ya Allah ? Allah menjawab : Tidak, Engjau dan Jibril, pergi ke surga, untuk mengambil Buraq.
Keduanya pun pergi ke surga. Di Surga, ada 40.000 Buraq. Saat tiba di surga, malaikat tersebut mendapati, para Buraq sedang bersenang senang di Taman Surga. dengan wajah yang terhiasi.
Dan diantara Buraq tetsebut, ada satu Buraq yang terpisah dengan teman temannya. Dia menyendiri sambil menangis. Jibril lalu menghanpirinya, dan bertanya. “Kenapa menyendiri dan menangis wahai Buraq ?
“Wahai Jibril, aku sudah lama mendengar nama Muhammad, sejak 40 tahun lalu. Pemilik nama itu, sudah tertanam di hatiku. Dan aku menjadi rindu bertemu kepadanya”, jawab Buraq tersebut.
Gara gara memendam rindu sekian lama ingin .bertemu krkasih Allah itu, hingga sang Buraq, tidak ada lagi nafsu makan dan minum. Badannya lebih kurang berisi dibanding , teman teman, Buraq lainnya.
Rindu Terobati
Jibril membalas ucapan sang Buraq., ” wahai Buraq, rindumu akan tersampaikan
kepada manusia yang mulia itu. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam”.
Ibarat timba ketemu sumur, kedatangan Malaikat Jibril membuat rindu sang Buraq terobati. Setelah mengucapkan pernyataan tersebut, Jibril lalu mengenakan pelana dan kekang ke Buraq tetsebut. Lalu membawanya, ke manusia mulia yang sangat dirindukannya, Nabi Muhammad SAW.
Setelah bertemu, Buraq itu pun menerbangkan Rasulullah dari Masjiidil Haram.ke Madjidil Aqsha. Setelah diparkir di tempat parkiran kendaraan para nabi. Rasulullah pun bersama Jibril, naik ke langit dunia. Selanjutnya Rsdulullah ke Sidratul Muntaha, sendirian bertemu Allah Subhanahu Wataala. (berlanjut/Nurhayana Kamar)