Siapa yang tidak tahu babat? Jeroan sapi yang berasal dari bagian perut ini memiliki rasa yang gurih dan khas hingga disukai banyak orang.
Babat kerap dibuat berbagai jenis makanan. Mulai dari makanan berkuah seperti soto hingga gulai. Ada juga yang digoreng, membuat babat terasa lebih renyah dan gurih.
Tapi, karena babat tergolong sebagai jeroan hewan, Anda juga perlu berhati-hati dalam mengonsumsinya.
Dokter spesialis gizi klinis yang berpraktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Melinda, Bandung Johanes Casay Chandrawinata mengatakan, risiko kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kolesterol dan kalori, akan tergantung pada bagaimana babat dimasak. Yang pasti, babat memang tidak boleh dikonsumsi berlebihan.
“Segala sesuatu kalau berlebihan tidak baik, babat juga. Apalagi ini, kan, jeroan. Ya, sebulan sekali masih oke lah. Tapi diimbangi dengan makan sehat,” kata Johanes saat dihubungi melalui telepon, Kamis (14/7).
Dia merinci, 100 gram babat mengandung kalori yang tidak terlalu tinggi, yakni 85 kalori. Ada juga 12 gram protein dan 3,7 gram lemak.
“Jadi sebetulnya dia tidak terlalu jelek, tapi kolesterolnya memang cukup tinggi di angka 125 miligram per 100 gram babat,” kata dia.
Oleh karena itu, Johanes menyarankan Anda, khususnya yang punya masalah dengan kolesterol, agar membatasi asupan babat.
Tak cuma orang dengan masalah dengan kolesterol, mereka yang memiliki penyakit asam urat juga perlu berhati-hati dengan babat dan jeroan hewan lainnya.
“Karena kalau terlalu sering konsumsi jeroan, asam uratnya bisa makin parah,” kata dia.