Cara Mengukur Pemanasan Global

Bagaimana kita tahu ukuran pemanasan global yang sekarang kita alami, apakah masih biasa saja, sedang atau sudah mengkhawatirkan?

Tahun 1896, para ilmuwan mewanti-wanti pembakaran bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan bisa mengakibatkan pemanasan global.

Tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year lalu mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai untuk membuktikan hipotesis mereka.

Hasilnya Ternyata kadar CO2 meningkat konsentrasinya di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Sebenarnya para ilmuwan juga sudah menduga kalau iklim bumi semakin menghangat namun saat itu mereka belum punya cukup bukti untuk memperkuat dugaannya. Mereka tak mau dianggap “halu” atau mengada-ngada.

Perlu bertahun-tahun untuk melakukan pengamatan iklim. Tidak hanya sehari dua hari
Di akhir tahun 1980an barulah mereka berhasil mencatat data statistik yang menunjukkan bumi menghangat namun itupun mereka merasa masih kurang meyakinkan.

Baca Juga:  Daftar Hari Penting November 2024, Nasional dan Internasional

Di daerah-daerah dekat perkotaan kemudian didirikan stasiun cuaca. Letak stasiun cuaca di perkotaan dengan tujuan banyak mendapatkan data dari panas yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan dan bangunan. Data yang terkumpul ternyata lebih akurat.

Hasil tersebut cocok dengan hipotesis mereka selama ini, menghangatnya bumi memang bukan sekedar isapan jempol belaka. Akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi tahun yang paling panas.

Pada tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) membuat kesimpulan yang menyatakan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celcius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Mereka setuju bahwa pemanasan tersebut terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia yang menyumbang gas-gas rumah kaca ke atmosfer.

Baca Juga:  Mengenal 25 Pahlawan Nasional Indonesia, Kamu Wajib Tahu!

IPCC bahkan memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Apabila gas rumah kaca yang teremisi terus meningkat, para ahli memperkirakan, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer dapat melonjak.

Bahkan hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Apa Akibatnya? Ya tentu saja akan terjadi akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Meskipun memang peristiwa perubahan iklim ini telah sepanjang sejarah Bumi terjadi beberapa kali dari zaman dinosaurus hidup mungkin.

- Iklan -

Namun kali ini manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang jauh lebih besar. Secara jumlah penduduk di muka bumi ini semakin lama semakin membludak. Hmm…jadi apa yang harus kita lakukan?

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU