Cara Menjawab Pertanyaan Anak, Kapan Pandemi Covid-19 Akan Berakhir?

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan ketakutan, rasa kehilangan, dan kecemasan bagi keluarga di seluruh dunia. Tetapi, mungkin salah satu efek paling sulit dari pandemi ini pada kehidupan anak-anak adalah rasa ketidakpastian.

“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, berapa lama ini akan berlangsung atau seperti apa hidup ini ketika ini berakhir, dan sulit bagi kita untuk mentolerir tingkat ketidakpastian ini,” kata Genevieve von Lob, seorang psikolog dan penulis “Happy Parent, Happy Child,”.

“Bagi anak-anak kita, ini bisa menjadi lebih sulit karena beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan bisa terasa seperti waktu yang sangat lama dalam kehidupan anak-anak,” lanjutnya. Namun belajar untuk mengelola ketidakpastian, sebenarnya adalah keterampilan seumur hidup yang penting dimiliki, yang akan membantu anak-anak kita untuk membangun ketahanan.

Bukan hanya kita orang dewasa, anak-anak pun mulai bertanya-tanya, “Kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir?” Dan sayangnya tidak ada jawaban yang jelas, yang dapat menimbulkan tantangan bagi orangtua pada akhir penerimaan pertanyaan.

Jadi bagaimana seharusnya orangtua menjawab, jika anak mengajukan pertanyaan itu?
Knippenberg, von Lob seorang terapis dan penulis “Wired and Connected: Wired and Connected: Brain-Based Solutions To Ensure Your Child’s Social and Emotional Success dan para pakar lainnya berbagi saran mereka.

1. Jawab dengan jujur
“Yang paling penting adalah jujur,” kata von Lob. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi, berapa lama ini akan berlangsung atau seperti apa hidup ini ketika semua ini berakhir,” tambahnya. Jelaskan kepada anak, bahwa meskipun kita tidak bisa memberi mereka tanggal pasti, kita selalu memeriksa berita terbaru secara teratur dan akan memberi tahu mereka segera setelah mengetahuinya.

Berikan informasi yang jelas, jujur, dengan penjelasan yang mudah diterima sesuai usia anak. Orangtua tentu tidak harus memberikan semua detail yang menyedihkan kepada anak-anak kecil. Tetapi, penjelasan umum bahwa orang-orang sangat sakit dan dokter berusaha sangat keras untuk menyelamatkan, itu juga baik untuk disampaikan.

Selain itu ingatkan anak-anak, bahwa meskipun kita tidak memiliki semua jawaban saat ini, para ilmuwan dan pejabat pemerintah sedang bekerja sangat keras dan melakukan segala hal yang mungkin untuk mencari solusinya. “Meski sebenarnya kita tidak tahu jawabannya, hindari mengatakan hal-hal seperti, ‘segera’ atau jawaban lain yang tidak jelas.

Di sisi lain, ‘Saya juga tidak tahu’ tidak cukup, ”kata Rachel Busman, direktur senior Anxiety Disorders Center dan direktur Selective Mutism Service di Child Mind Institute. “Memberitahu anak hal-hal yang diketahui orangtua dan juga menyampaikan segala informasi dengan jujur.”

Biarkan mereka tahu bahwa ada hal-hal yang tidak pasti dan pada saat yang sama, sampaikan kepada mereka langkah-langkah aktif yang telah dilakukan keluarga, pemerintah kota atau negara untuk tetap aman.

2. Jadikan percakapan mengalir
Pastikan pembicaraan ini adalah bagian dari percakapan berkelanjutan tentang krisis global ini. Jika hingga kini orangtua belum menjelaskan apa yang sedang terjadi, pastikan untuk memulai diskusi dengan bertanya kepada anak, apa yang mereka ketahui tentang situasi virus corona dan kemudian berbagi fakta dan memerbaiki informasi yang salah.

“Anak-anak tahu ada sesuatu yang terjadi, dan jika orangtua tidak mau membicarakannya, mereka akan khawatir mengapa hal itu sangat mengerikan, hingga orang dewasa enggan membahasnya,” kata Robin Gurwitch, seorang psikolog dan profesor psikiatri Universitas Duke yang berspesialisasi dalam keluarga dan kesehatan mental anak.

Baca Juga:  Siswa SMPN 2 Sengkang Raih Juara 2 Lomba Vlog “Stop Perkawinan Anak”

Jika orangtua menunjukkan sikap, bahwa mereka bersedia berbicara tentang topik-topik sulit seperti pandemi, itu juga akan membuat anak-anak merasa nyaman datang pada orangtua mereka, ketika mereka sedang berurusan dengan bullying, stres, masalah persahabatan, tekanan teman sebaya, dan berbagai masalah lainnya.

3. Validasi perasaan anak
Cara lain untuk meletakkan dasar bagi komunikasi terbuka adalah dengan memberi tahu anak-anak, bahwa kita orangtua, memahami apa yang mereka rasakan dan sah-sah saja untuk membicarakannya. “Pimpin dengan validasi, yang berarti kita menyampaikan kepada anak, bahwa kita merasakan hal yang sama,” kata Busman. “ Mengatakan hal-hal seperti, ‘Saya tahu ini sangat sulit’ dan ‘Sangat sulit untuk sabar dan fleksibel’ bisa menjadi cara yang baik untuk memulai.”

Dorong mereka untuk membagikan emosi mereka dengan bertanya apa yang mereka pikirkan tentang situasi saat ini dan bagaimana perasaan mereka. Beri tahu mereka, bahwa kita tahu perasaan mereka dan kadang-kadang kita juga merasa takut atau sedih, lalu berbagilah dengan anak bagaimana menghadapi emosi itu.

“Jika anak mengajukan banyak pertanyaan, seperti kapan sekolah akan mulai lagi atau kapan mereka dapat mengunjungi kakek-nenek, mungkin itu karena mereka memiliki beberapa kecemasan dan ketakutan yang mendasarinya,” catat von Lob. “Terpenting adalah untuk memvalidasi semua perasaan mereka dan mengakui bahwa orangtua menyadari betapa sulitnya bagi mereka menghadapi perubahan kondisi saat ini.”

4. Jaminan keselamatan dan keamanan

“Berikan jaminan kenyamanan. Di dunia anak-anak yang egosentris, apa yang benar-benar mereka butuhkan dan ingin mereka dengar adalah bahwa mereka aman dan ada orang-orang yang akan merawat mereka.”

Demikian menurut Denise Daniels, seorang pakar pengembangan anak dan pencipta The Moodsters, sebuah merek yang berfokus pada pembinaan kecerdasan emosi pada anak-anak. Dia menyarankan untuk memberi anak-anak pelukan sesering mungkin dan kata-kata yang meyakinkan seperti, “Kami mencintaimu dan peduli denganmu.

Kami akan selalu melakukan yang terbaik untuk melindungimu dan membuat kamu tetap aman dan sehat.” “Jawaban dari kapan ini akan berakhir, yang paling membuat anak-anak merasa nyaman adalah menekankan keselamatan dan keamanan di segala usia,” kata psikolog klinis John Mayer.

“Dengan anak-anak yang berusia lebih kecil, jawaban harus sangat tegas dan percaya diri – bahkan ketika orangtua mungkin merasa tidak yakin,” jelasnya. Sedangkan, pada anak-anak yang berusia lebih besar, lanjutkan dengan pesan yang kuat bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari solusi dan membantu melakukan hal-hal untuk tetap sehat dan aman – karantina, memakai masker, dan rajin mencuci tangan. “Temanya adalah ‘Bersama-sama, mari kita semua bertarung sebagai sebuah keluarga. Semua ini pasti akan berakhir. ”

Baca Juga:  Siswa SMPN 2 Sengkang Raih Juara 2 Lomba Vlog “Stop Perkawinan Anak”

5. Berjanji untuk memberi informasi terbaru
Meskipun tidak mungkin memberikan setiap detil informasi, pastikan untuk memberi tahu anak-anak bahwa kita sedang memeriksa pembaruan berita tentang pandemi Covid-19 secara teratur dan akan membaginya pada mereka.

Pastikan anak-anak kecil tidak melihat liputan media tentang pandemi, seperti jumlah pasien positif, berita kematian, dan berita negatif lainnya. Karena gambar dan laporan yang menyedihkan tidak baik untuk perkembangan psikologisnya.

“Saya adalah pendukung besar kumpul keluarga mingguan, sehingga di momen ini orangtua dapat memberikan informasi terkini dan menjawab pertanyaan anak-anak,” kata Daniels.

6. Tetap positif Kekuatan pikiran positif
di saat seperti ini sangat penting, karena dapat membantu anak-anak mengembangkan pola pikir yang sehat. “Sederhana saja. Gunakan suara yang tenang saat berbicara dengan anak. Sampaikan bahwa kita sebagai orangtua memiliki keyakinan semua akan baik-baik saja, ”kata Daniels. Satu informasi positif yang dapat orangtua katakan adalah, meskipun kita tidak tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir, tapi kita yakin bahwa akhirnya semua ini akan berakhir.

“Yakinkan mereka bahwa ini adalah situasi sementara, ini tidak akan berlangsung selamanya dan kita akan kembali ke kehidupan normal lagi,” kata von Lob. Fokuslah pada hal-hal positif dan contoh-contoh inspiratif. Ingatkan anak-anak, meski kondisi sedang tidak baik, tapi akan selalu ada kebaikan yang layak untuk disyukuri. (WLD/*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU