Cara Rasulullah SAW Menjalani Usia Pensiun. Hampir semua pekerja, baik swasta maupun pegawai negeri, bila tiba masa pensiunnya, 56 tahun untuk staf, dan 60 tahun level pimpinan, benar-benar tidak menggunakan lagi waktunya untuk beraktivitas.
Baik aktivitas sosial, maupun melanjutkan pekerjaannya dengan berbisnis, atau berwiraswasta. Baik itu skala kecil-kecilan, menengah, lebih–lebih bisnis skala besar. Mereka cenderung, beristirahat dan duduk manis di rumah. Atau menggunakan waktunya, jalan-jalan, pesiar, atau mengurusi cucu, bagi yang sudah punya cucu. Sambil menunggu ajal menjemput.
Rata-rata mereka berpendapat, akan menikmati masa pensiunnya, hingga ajalnya menjemput. Mungkin karena itulah, sehingga banyak yang telah memasuki pensiun, tak lama sesudahnya, meninggal. Atau sakit-sakitan. Uang pensiun, akhirnya, keluar untuk pengobatan. Yah, mugkin karena tadinya fisik dan pikiran, aktif terus, saat pensiun, tiba-tiba stop bergerak.
Padahal, usia 60 tahun, termasuk masih energik, lebih-lebih yang berusia 55 tahun. Bahkan di sebuah artikel menyebutkan, usia di 55 tahun, 60an tahun, pemikirannya justru lebih matang, untuk menghasilkan pendapat, dan kesimpulan, solusi dari sebuah masalah. Atau hal – hal yang perlu dirumuskan.
Dan ternyata seperti itulah, cara Rasulullah menjalani usianya, hingga berpulang ke Rahmatullah. Tidak ada jedanya berusaha, hingga Malaekat maut “menjemput nyawanya”.
Sebuah sumber mengungkapkan kitab Sirah Nabawiyah, yang menceriteakan, pola hidup Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah memulai hidup baru di usia 40 tahun. Demikian pula sahabat-sahabatnya. Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibanding Rasulullah. Di usia itu, Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan.
Harta, mereka infaqkan. Martabat manusia mereka perjuangkan. Bukannya bersantai dan stagnan, tapi mereka makin aktif dan dinamis. Di usia tua Rasulullah tidak sibuk dengan shalat dan membaca Al Quran saja. Mulai usia 53 tahun, beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia.
Membangun masyarakat madani (civil society) di Madinah. Tidak hanya hubungannya dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia. Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial.
Ada baiknya, pola hidup Rasulullah, diikuti. Tidak berdiam dan membuang sisa waktu hidup, yang tidak bermanfaat. Baik bagi keluarga, maupun kepada masyarakat.
Pensiun Rasulullah saw karena kematian…Begitu juga sahabat-sahabatnya, sama dengan pola hidup Rasulullah. Mereka pun pensiun setelah wafat. Diantara sahabtnya, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Abu Ayyub al-Anshari, lebih hebat lagi, berangkat berperang menghadapi Byzantium di usia 93 tahun.
Konsep pensiun yang umum dipahami masyarakat, semakin bertambah usia, kesempatan hidup makin berkurang. Padahal manusia sukses versi Islam, menurut hadist adalah: “Manusia terbaik di antara manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.
itulah Cara Rasulullah SAW Menjalani Usia Pensiun.