Saat keliling desa, Nur terdiam melihat sebuah batu yang di tutupi oleh kain merah.Di bawahnya, ada sesajian lengkap dengan bau kemenyan.
Nur melihat di atas batu tersebut berdiri sosok hitam dengan mata tajam, menyala merah. Meski hari siang bolong, Nur bisa melihat dengan jelas kulitnya yang di tutup oleh bulu. Selain itu ia juga memiliki tanduk kerbau. Tak lama, mata mereka saling bertatapan satu sama lain, sebelum Nur mengatakan pada Ayu, bahwa, mereka harus pulang.
“lapo to Nur, kok gopoh men” (kenapa sih Nur, kok kamu buru buru pergi)
“kasihan mas Ilham, wes ngenteni” ucap Nur.
“yo wes, ayok” Ayu menimpali.
Mereka pun segera menaiki motor. Lalu Nur sebelum keluar dari desa itu melihat lagi sosok Genderuwo yang menyeramkan.
“Nur, jak’en Bima, yo, ambek Widya, engkok ambek kenalanku, kating” (Nur, ajak Bima, sama Widya, sama kenalanku kating) ucap Ayu didalam mobil.
“Bima, lapo ngejak-ngejak cah kui” (ngapain sih ngajak Bima)
“ben rame, kan wes kenal suwe” (biar rame, kan sudah kenal lama) sahut Ayu
“kok gak awakmu sing ngejak to” (kenapa bukan kamu saja yang ngajak) timpal Nur.
“kan awakmu biyen sak pondok’an, wes luwih suwe kenal” (kan kalian pernah satu pondok, jadi sudah kenal lebih lama) “pokok’e jak en arek iku yo” (pokoknya ajak anak itu ya).
“yo wes, iyo” *yaudah iya). Nur pun mengalah.
“tak telpone Widya, ben cepet di gawekno Proposal’e mumpung pihak kampus gurung ngerilis daftar KKN’e, gawat kalau pihak kampus wes ngerilis yo, mumpung wes oleh enggon KKN dewe” (aku telpon Widya, biar cepat di buatkan proposalnya sebelum pihak kampus merilis daftar KKN nya, bahaya jika pihak kampus sudah merilisnya. Lagian kita sudah dapat tempat KKNnya).
Perlahan, mobil mereka pun meninggalkan jalanan hutan itu. Nur dan Ayu, kembali ke kotanya, mempersiapkan semua, sebelum mereka nanti kembali lagi.
Pada siang hari, Nur melihat Widya dan Ayu di hari pembekalan sebelum keberangkatan KKN mereka. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya 2 orang yang turut bergabung dalam kelompok KKN mereka pun muncul, namanya adalah Wahyu dan Anton.
Mereka kembali membicarakan semua proker dan menentukan jadwal keberangkatannya. semua anak sudah setuju, termasuk Widya, yang hampir seharian terus menceritakan, bahwa ibunya memiliki firasat yang buruk pada tempat KKN mereka itu. Nur hanya diam dan mendengar, karena di dalam dirinya ia juga merasakan hal yang sama.
Malam keberangkatan, Nur, Widya, Ayu, Bima, Wahyu dan Anton, sudah berkumpul, perjalanan di lanjutkan dengan mobil elf yang sudah mereka sewa sebelumnya untuk mengantarkan mereka ke hutan tempat pemberhentian dimana nanti mereka akan di jemput oleh warga desa.